
Pendapatan Real Estate Turun, Kok Bisa Laba Pakuwon Naik 61%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tiga bulan pertama 2023, emiten properti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan pendapatan dari segmen real estate turun 35,30% year-on-year menjadi Rp300,9 miliar.
Namun, pendapatan masih tumbuh positif 5,92% dari kuartal 1-2022 sebesar Rp1,30 triliun menjadi Rp1,38 triliun di kuartal 1-2023. Sejalan dengan itu PWON berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp658,35 miliar atau naik 60,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp408,96 miliar. Kenapa ini bisa terjadi?
Jika dirinci, segmen pendapatan PWON di real estate hanya menyumbang 21,74% dari total pendapatan. Kenaikan pendapatan lebih ditopang segmen pengusahaan pusat perkantoran, perbelanjaan, dan apartemen service yang tumbuh 21,65% year-on-year menjadi Rp840 miliar dan segmen perhotelan yang meningkat 60,74% year-on-year menjadi Rp243,53 miliar.
Kedua segmen tersebut jika dikonsolidasi menyumbang 78,26% dari total pendapatan PWON. Oleh karena itu, walaupun segmen real estate turun, segmen lain masih bisa mengkompensasi pertumbuhan pendapatan tetap positif.
Tumbuhnya pendapatan juga mendorong laba kotor meningkat dari Rp678,24 miliar di kuartal 1-2022 menjadi Rp747,12 miliar di kuartal 1-2023. Hal ini mengimplikasi margin laba kotor meningkat menjadi 53,96% dari yang sebelumnya 51,89%.
Selain itu, yang menambah laba PWON naik signifikan dari keuntungan kurs mata uang asing sebesar Rp187,25 miliar dari yang sebelumnya di kuartal 1-2022 rugi Rp20,59 miliar. Lalu ada dari penghasilan bunga yang tumbuh 124,66% year-on-year menjadi Rp77,42 miliar.
Dari sisi neraca, PWON berhasil mencatatkan aset meningkat 2,35% dari Rp30,6 triliun di kuartal 1-2022 menjadi Rp31,23 triliun di kuartal 1-2023, dengan posisi kas dan setara kas meningkat tipis 0,31% year-on-year menjadi Rp7,46 triliun.
Liabilitas juga turun tipis 0,27% menjadi Rp9,57 triliun dan ekuitas tumbuh solid di kuartal 1-2023 menjadi Rp21,37 triliun atau naik 3,16% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,71 triliun.
Bagaimana prospek industri properti ke depan?
Pergerakan industri properti sepanjang tahun ini terakhir terbilang cukup loyo, ini terlihat dari harga indeks properti (IDX PROPERT) yang masih dalam tren turun, -1,5% hingga Selasa (2/5/2023).
Walaupun begitu, kami nilai ke depan akan ada potensi pembalikan arah sejalan dengan prospek industri yang membaik terdorong dari suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah ditahan sejak Februari lalu, sehingga dampaknya terhadap kenaikan suku bunga KPR mulai terbatas.
Selain itu, perpanjangan Loan to Value (LTV) 100% yang memungkinkan emiten properti memberikan DP 0% masih berlanjut hingga akhir 2023. Hal ini cukup potensial mempertahankan minat beli masyarakat.
Dari prospek pendapatan sewa atau recurring income juga nampak menarik tahun ini dan diharapkan berkontribusi lebih optimal karena PPKM yang sudah dicabut dan ada efek seasonality Ramadhan di kuartal 2-2023.
Bagaimana dengan PWON?
Sejalan dengan prospek industri yang masih cukup potensial, PWON juga akan diuntungkan. Namun, pendapatan PWON akan lebih optimal dari pendapatan sewa dibandingkan penjualan properti, mengingat porsi pendapatan sewa sudah menjadi kontributor utama ke total pendapatan.
Pertumbuhan pendapatan sewa PWON menunjukkan tren peningkatan, terlihat dari kontribusinya ke total pendapatan di 2018 hanya sebesar 49% menjadi 64,6% di akhir 2022.
![]() |
Valuasi Masih Terdiskon
Menggunakan metrik valuasi Price to Book Value (PBV), hingga Selasa (2/5/2023) PWON dihargai 1,39 kali nilai bukunya. Nilai ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata PBV selama 5 tahun terakhir di 1,78 kali, artinya secara teoritis valuasi PWON masih cukup murah.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)