
Amerika Loyo, Semoga Ada Angpao dari China Buat Lanjut Pesta

Sejumlah sentimen positif akan mengguyur pasar keuangan RI pada perdagangan terakhir pekan ini. Sentimen positif bukan hanya datang dari luar negeri tetapi juga dalam negeri.
Namun, investor perlu mencermati sejumlah data yang akan rilis pada hari ini. Dari luar negeri, cemerlangnya kinerja Wall Street diharapkan menular ke pasar saham Indonesia.
Bursa Wall Street yang semula muram pada awal pekan kini justru berbalik arah menjadi sangat positif menjelang akhir pekan.
Kinerja perusahaan teknologi yang di luar ekspektasi membuat pasar meyakini jika sektor tersebut tidak seburuk perkiraan sebelumnya.
Di tengah pesimisme, mereka masih tetap membukukan kenaikan pendapatan yang signifikan. Kondisi ini diharapkan juga membawa angin segar kepada perusahaan teknologi Tanah Air.
Namun, perlambatan ekonomi AS serta persoalan plafon utang pemerintah AS bisa memuat kinerja bursa Tanah Air loyo.
Hingga kini, kongres belum juga menyepakati kenaikan plafon utang pemerintah AS.
Utang pemerintah AS sudah menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460.000 triliun (kurs Rp 14.900/US$) untuk pertama kali dalam sejarah pada Oktober tahun lalu.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen sudah memperingatkan kegagalan kongres untuk menaikkan plafon utang pemerintah bisa membuat AS gagal bayar utang dan memicu malapetaka ekonomi.
Ekonomi AS hanya tumbuh 1,1% (yoy) pada kuartal I-2023, jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 2%.
Di sisi lain, inflasi AS sulit diturunkan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran jika ekonomi AS terjebak dalam stagflasi. Jika terus berlanjut maka hal ni akan membuat The Fed sulit melunakkan kebijakan moneter ketatnya.
Perlu dicatat, AS adalah pasar ekspor kedua terbesar bagi Indonesia setelah China. Amerika juga menjadi salah satu investor terbesar Tanah Air.
Perkembangan di AS tentu saja akan berimbas kepada ekonom Tanah Air, baik langsung atau tidak langsung.
AS sendiri hari ini akan mengumumkan sejumlah data penting. Di antaranya adalah data belanja pribadi warga AS untuk Maret serta Michigan consumer sentiment.
Kedua data ini sangat penting karena menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya pada pekan depan.
Sebagai catatan, pengeluaran pribadi warga AS tumbuh 0,2% (mtm) pada Februari 2023. Jika pengeluaran masih tetap kencang maka sulit bagi The Fed untuk melunak.
(mae/mae)