
Amerika Loyo, Semoga Ada Angpao dari China Buat Lanjut Pesta

Dari Paman Sam, tiga bursa utama Wall Street terbang pada perdagangan kemarin, Kamis (27//4/2023).
Indeks Dow Jones menguat 524,29 poin atau 1,57% ke posisi 33.826,16 sementara indeks S&P terbang 79,36 poin atau 1,96% ke posisi 4.135,35.
Posisi penutupan kedua bursa tersebut adalah yang terbaik sejak Januari.
Sementara itu, indeks Nasdaq melesat 287,89 poin atau 2,43% ke posisi 12.142,24. Posisi tersebut adalah yang terbaik sejak Maret tahun ini.
Ketiga bursa melesat ditopang oleh kinerja perusahaan teknologi yang cemerlang. Kinerja tersebut mampu menghapus sentimen negatif yang datang dari perlambatan ekonomi AS.
Tiga raksasa teknologi yakni Microsoft, Google, dan Facebook membukukan kinerja keuangan yang jauh di atas ekspektasi pasar pada Januari-Maret 2023.
Pendapatan Microsoft naik 7% menjadi US$ 52,9 miliar pada Januari- Maret 2023.
Pendapatan tersebut lebih besar dibanding proyeksi analis yakni US$ 51,02 miliar ataupun tahun lalu yang tercatat US$ 49 miliar.
Induk Facebook, MetaPlatforms, melaporkan pendapatan sebesar US$ 28,65 miliar pada kuartal I-2023, lebih tinggi dibandingkan proyeksi analis yakni US$ 27,65 miliar.
Sementara itu, induk Google, Alphabet, mencatat kenaikan pendapatan 3% menjadi US$ 69,8 miliar. Pendapatan tersebut lebih besar dari proyeksi analis yakni US$ 68,9 miliar.
Cemerlangnya kinerja perusahaan membuat saham ketiganya terbang.
Saham Meta terbang 13,9%, saham Google naik 3,7%, sementara Microsoft mengiat 3,2%. Saham Meta bahkan sudah terbang 98% sepanjang tahun ini.
"Kinerja Facebook dan beberapa perusahaan besar terus memberi kejutan yang positif. Ada banyak proyeksi yang menyebut sektor ini akan mengecewakan. Kenyataannya, model bisnis mereka terbukti tangguh," tutur Mona Mahajan, senior investment strategist dari Edward Jones, dikutip dari Reuters.
Membaiknya kinerja keuangan membuat proyeksi profit dari kinerja perusahaan S&P membaik, Pasar kini memperkirakan earnings dari perusahaan di bursa S&P hanya akan turun 2,4%, dibandingkan turun 5,1% pada dua pekan lalu.
Namun, data ekonomi AS yang memburuk membuat antusiasme pasar tertahan.
"Secara umum pasar mengetahui jika ekonomi AS akan melambat. Kita perkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi pekan depan. Kami harap ekonomi akan berbalik arah pada paruh dua tahun ini," imbuh Mahajan.
Departemen Perdagangan AS melaporkan ekonomi AS tumbuh melandai 1,1% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023, lebih rendah dibandingkan estimasi yakni 2%.
Pertumbuhan pada Januari-Maret 2023 juga jauh lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV-2022 yang tercatat 2,6%.
Kendati melandai, ekonomi AS tetap tumbuh dalam tiga kuartal secara berturut-turut.
Melandainya pertumbuhan lebih disebabkan oleh melemahnya investasi. Suku bunga yang tinggi membuat ongkos pinjama pinjaman naik sehingga pelaku bisnis mengendurkan ekspansi.
Perlambatan investasi ini menunjukkan jika ekonomi AS sudah mulai terdampak oleh kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Sebagai catatan, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0% dalam setahun terakhir.
Sebaliknya, konsumsi masih sangat kencang. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,7% (yoy) pada kuartal I-2023, jauh lebih tinggi dibandingkan 1% pada kuartal IV-2022.
Masih panasnya pasar tenaga kerja AS menjadi salah satu alasan mengapa konsumsi masih tetap tinggi di tengah lonjakan inflasi.
Sebagai catatan, inflasi AS memang melanda menjadi 5% (yoy) pada Maret 2023 tetap angkanya masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.
Maret, dibandingkan 3,7%
Pertumbuhan yang melandai sementara di sisi lain inflasi masih tinggi inilah yang membuat ekonomi Negara Paman Sam terancam masuk ke fase "stagflasi".
(mae/mae)