Perang Asia Bisa Meletus, RI Mesti Tanggung Derita Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Taiwan kembali memanas dalam sepekan terakhir. Jika situasi memburuk maka Indonesia bisa merasakan banyak dampak pahit.
Kembali memanasnya hubungan Tiongkok dan Taiwan dipicu oleh kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat (AS), pekan lalu.
Di AS, Tsai menggelar pertemuan penting dengan sekelompok anggota parlemen bipartisan, termasuk Ketua DPR AS, Kevin McCarthy.
Menyusul kunjungan Tsai, Presiden Xi Jinping pun memberi peringatan keras. Tak hanya itu, dia langsung meminta militer untuk bersiaga penuh dan menggelar latihan militer.
Situasi semakin memanas karena militer AS mendekat ke Laut China Selatan (LCS) dan bersama dengan milter Filipina menggelar latihan bersama.
Australia sebagai sekutu AS di kawasan Pasifik juga ikut membuat panas situasi dengan mengirim tentara mereka.
Situasi yang memanas tentu saja menjadi kekhawatiran global, terlebih bagi negara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik seperti Indonesia.
Jika perang meletus maka banyak konsekuensi yang harus ditanggung banyak negara. Di antaranya adalah terganggunya lalu lintas perdagangan.
Bagi Indonesia, China dan Taiwan adalah dua negara yang sama-sama menjadi mitra dagang utama.
Namun, dari sisi diplomatik sangat beda perlakuan.
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan. Hubungan keduanya lebih didasari pada kerja sama ekonomi.
Lalu, jika perang meletus, apa saja yang harus diwaspadai Indonesia?
1. Terganggunya ekspor impor
Perang, dalam skala apapun, akan mengganggu jalur distribusi barang. Layanan kargo biasanya akan memutar untuk menghindari wilayah konflik sehingga ongkos akan jauh lebih mahal. Akibatnya, barang akan menjadi makin mahal dan inflasi naik.
China adalah eksportir terbesar di dunia dengan share hampir 14%. Dengan share yang besar tersebut tentu saja apapun yang terjadi pada Tiongkok akan berdampak kepada percaturan ekspor global.
Aktivitas ekonomi China bisa saja terganggu dan konsumsi masyarakat Tiongkok bisa lesu.
Akibatnya, permintaan terhadap sejumlah barang juga akan menurun dan kondisi tersebut akan berpengaruh kepada harga komoditas seperti batu bara hingga minyak sawit mentah.
(mae/mae)