Ini Bukti Dedolarisasi dan Deglobalisasi AS Makin Nyata
- Banyak negara kini mengurangi eksposure terhadap dolar AS dan meningkatkan pemakaian mata uang lokal untuk transaksi internasional
- Proporsi dolar AS dalam cadangan devisa global serta kepemilikan surat utang AS semakin berkurang
- Banyak negara yang mulai tidak mendengarkan AS dalam percaturan politik global
Jakarta, CNBC Indonesia - Status Amerika Serikat (AS) sebagai negara paling super power kini terancam. Senjata utama Paman Sam yakni dolar AS bahkan mulai ditinggalkan banyak negara.
Keperkasaan dolar AS yang sudah berlangsung sejak 1920an atau lebih dari 100 tahun kini mulai terancam. Banyak negara yang ingin terlepas dari "penjajahan" King Dolar.
Tak kurang dari China, Brasil, India, Meksiko, hingga Indonesia kini malah gencar mengurangi eksposure dolar AS.
Perlawanan mengurangi dolar bahkan sudah dimulai sejak awal 2000an oleh tetangga terdekat AS mulai dari Peru, Bolivia, Paraguay, hingga Argentina.
Brasil menjadi negara di Amerika Latin yang paling getol mengurangi dolar AS.
Bersama BRIC (Brasil, India, Rusia, China, dan Afrika Selatan), Brasil mulai mengindikasikan pembentukan mata uang baru. Uang ini akan diamankan dengan emas dan komoditas lain, termasuk elemen tanah jarang.
Brasil dan China pada akhir Maret 2023 juga membuat kesepakatan untuk 'membuang' dolar dalam transaksi perdagangan mereka.
Kesepakatan tersebut bernilai sangat besar mengingat total perdagangan kedua negara menembus US$ 171,49 miliar. Artinya, ada permintaan dolar sebesar US$ 171 miliar yang hilang dalam perdagangan global.
Kesepakatan tersebut jelas sebuah kemenangan bagi kampanye China dalam menginternasionalkan mata uang renminbi/Yuan.
Selain dengan Brasil, Tiongkok juga tengah merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang Yuan untuk membeli minyak.
The Wall Street Journalmenulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir. Namun ketidaksenangan Negeri Raja Salman pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan dengan Beijing kian gencar.
Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar. Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.
India, ASEAN, hingga Indonesia juga tidak ketinggalan mulai mengurangi proporsi penggunaan dolar dalam perdagangan.
India mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka sejak April 2023.
India juga menjalin kesepakatan dengan negara lain seperti Malaysia untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan.
Indonesia dan negara-negara ASEAN juga mulai meningkatkan penggunaan mata uang masing-masing melalui local currency transaction (LCT).
Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerjasama transaksi pembayaran lintas batas melalui kode QR, fast payment, data, hingga transaksi mata uang lokal.
Indonesia sudah menandatangani kerangka kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dengan sejumlah negara.
Di antaranya adalah Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.
(mae/mae)