
Deretan Negara Ini Tak Ragu Buang Dolar AS, Termasuk RI?

- Semakin banyak negara yang meninggalkan dolar AS demi mengurangi eksposure tekanan global
- China merupakan negara yang paling ambisius menggeser 'King Dolar"
- Indonesia juga terus menjalin kesepakatan dengan berbagai negara untuk mengurangi dolar AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Semakin banyak negara yang mengurangi porsi dolar Amerika Serikt (AS) dalam transaksi perdagangan mereka. Indonesia termasuk salah satunya.
Data Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan cadangan devisa global berdenominasi dolar AS sudah turun tajam dari 71% pada 2000 menjadi 58,36% pada 2022.
Per akhir 2022, cadangan devisa di seluruh dunia menyentuh US$ 11,09 triliun. Dari jumlah tersebut, mata uang berdemoniasi dolar AS mencapai US$ 6,47.
Di bawah dolar AS terdapat euro dengan share sebesar 20,47% kemudian menyusul yen Jepang (5,51%) dan poundsterling (4,95%).
Renminbi China yang digadang-gadang akan menggantikan 'king dollar' hanya memiliki share 2,69%.
Cadangan devisa dalam denominasi euro setara dengan US$ 2,27 triliun sementara dalam bentuk renminbi China setara dengan US$ 298,44 miliar.
Cadangan devisa dalam bentuk mata uang dolar semakin berkurang karena semakin banyak negara yang meninggalkan dolar AS.
Selain karena kerja sama, beberapa negara meninggalkan dolar AS karena mendapatkan sanksi dari AS seperti Kuba dan Iran.
Banyak pula kemudian negara-negara ini yang membentuk blok ataupun kesepakatan bilateral untuk menghadang kesaktian dolar. Di antaranya adalah:
1. China
China adalah negara yang paling ambisius menjadikan mata uang mereka sendiri, renminbi, untuk menggeser dolar AS dari tahtanya.
Tidak hanya melalui sektor perdagangan, Tiongkok juga berambisi meningkatkan share renminbi dalam cadev dunia melalui program investasi ambisius mereka The Belt and Road Initiative.
China juga mengurangi kepemilikan mereka di surat utang pemerintah AS (US Treasury). Kepemilikan China atas US Treasury pada Januari 2023 tercatat US$ 859,4 miliar, terendah sejak Mei 2009.
2. Brazil
China dan Brazil ini menghasilkan kesepakatan besar pada akhir Maret 2023 untuk menggantikan dolar dalam transaksi perdagangan mereka.
Nilai perdagangan China dan Brasil menembus US$ 171,49 miliar. China mengimpor produk senilai US$ 109,52 miliar.
Brazil adalah mitra dagangan terbesar ke 1-0 bagi Tiongkok sementara bagi Brazil, Tiongkok adalah mitra dagang besar bagi mereka.
China mengambilalih posisi AS sebagai mitra dagang utama utama Brazil pada 2009. Brazil juga menjadi penerima investasi terbesar China di kawasan Amerika Latin.
Nilai perdagangan kedua negara bisa meningkat dalam beberapa tahun ke depan mengingat China masih sangat membutuhkan besarnya kebutuhan baja dan kedelai.
Selain baja dan kedelai, kedua negara saling bertukar produk mulai dari tekstil hingga elektronik.