Sectoral Insight

Duh, Harga BBM Bisa Naik, Ini Penyebabnya

mae, CNBC Indonesia
03 April 2023 16:50
Sejumlah warga mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Menteng Dalam, Jakarta, Sabtu (21/1/2023).
Foto: Sejumlah warga mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Menteng Dalam, Jakarta, Sabtu (21/1/2023). (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dan non-subsidi terancam naik setelah Arab Saudi dan anggota OPEC sepakat memangkas produksi minyak mentah dunia.

Arab Saudi dan anggota negara eksportir minyak (OPEC) sepakat untuk memangkas produksi minyak hingga 1,16 juta barel per day (bpd) pada Minggu (2/4/2023).

Kebijakan tersebut akan berlaku efektif pada awal Mei hingga akhir tahun ini.

Pemangkasan merupakan kelanjutan dari pengurangan produksi yang sebelumnya mereka lakukan pada Oktober 2022 yakni sebanyak 2 juta barel per hari.

Pemangkasan terbanyak dilakukan Arab Saudi yakni500.000 bpd di Arab Saudi, pemotongan 211.000 bpd oleh Irak, 144.000 bpd oleh Uni Emirat Arab, dan 128.000 bpd dari Kuwait.

Pemangkasan OPECdi luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari hingga akhir tahun.Rusia memangkas produksi sebagai bentuk"balasan" ke sanksi Barat karena persoalan Ukraina.

Pemangkasan produksi ini bisa membuat harga minyak mentah melambung. Indonesia sebagai negara net importir pun akan kena getahnya.

Selain impor yang bisa melonjak, kenaikan harga minyak mentah dunia bisa membuat harga BBM subsidi atau non-subsidi ikut menanjak. Pasalnya, harga minyak mentah dunia adalah perhitungan utama dalam menentukan harga BBM.

Merujuk Refinitiv, harga minyak brent pada Senin sore pukul 15:45 WIB ada di level US$ 84,33 per barel atau naik 5,72%.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak 5.6% ke level US$ 79,87 per barel.

Keputusan Menteri ESDM Nomor 19 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak menjelaskan formula harga menggunakan rata-rata harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS) dengan satuan USD/barel periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24, 1 bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan.

Terakhir kali harga BBM subsidi naik adalah pada awal September 2022 saat harga minyak melonjak. Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi rata-rata 30% setelah harga minyak melonjak.

Rata-rata harga Indonesia Crude Price (ICP) pada Maret-Juli 2022 bahkan mencapai hingga US$ 100 per barel.

Harga ICP sudah melewati US$ 97 per barel atau jauh di atas yang ditetapkan pada APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel.

Di luar harga BBM subsidi, PT Pertamina sudah kerap menaikkan atau menurunkan harga BBM non-subsidi untuk beberapa jenis sejalan dengan pergerakan harga minyak.

Pada April tahun ini, Pertamina menurunkan harga Pertamax Turbo dari Rp15.100 per liter menjadi Rp15 ribu per liter.  Harga Pertamina Dex juga turun menjadi Rp15.400 per liter dari sebelumnya Rp15.850 per liter.

Harga minyak bergerak sangat volatile dalam setahun terakhir. Harga emas hitam langsung melonjak ke level US$ 100 per barel pada awal Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus.

Harga minyak kemudian melemah karena ada kekhawatiran resesi serta kebijakan moneter bank sentral yang sangat ketat.

Rata-rata harga minyak brent pada Maret 2023 tercatat sebesar US$ 79,77 per barel. Level tersebut adalah yang terendah sejak Desember 2021 atau dalam 14 bulan.

Namun, rencana pemangkasan harga minyak membuat semua berubah.

Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi OPEC+ pada akhir tahun 2023 sebesar 1,1 juta bpd dan menaikkan perkiraan harga Brent untuk tahun 2023 sebesar US$5 menjadi US$95 per barel dan sebesar US$3 menjadi US$100 per barel untuk tahun 2024.

"OPEC+ memiliki kekuatan penetapan harga yang sangat signifikan dibandingkan dengan masa lalu, dan pemotongan kejutan hari ini konsisten dengan doktrin baru mereka untuk bertindak lebih dulu," kata Goldman Sachs, dikutip dari Reuters.

"Meskipun mengejutkan, pemotongan ini mencerminkan pertimbangan ekonomi dan kemungkinan politik yang penting." imbuhnya. 

Analis CMC Markets Tina Teng memperkirakan harga minyak terancam menembus US$ 100 barel lagi jika OPEC benar-benar memangkas produksi.

Terakhir kali harga minyak menyentuh US$ 100 per barel adalah pada Agustus 2022.

"Rencana OPEC  bisa melambungkan harga minyak hingga US$ 100 per barel lagi. Terlebih, ada pembukaan perbatasan China serta pemangkasan produksi Rusia," tutur Teng, dikutip dari CNBC International.

Beberapa analis bahkan memperkirakan dampak pemangkasan OPEC kali ini akan berdampak lebih besar dibandingkan Oktober lalu.

"Mayoritas negara yang memutuskan untuk memangkas produksi adalah mereka yang memproduksi di atas kuota. Ini menunjukkan share yang lebih besar dibandingkan pada Oktober 2022," tutur Amrita Sen, analis dari Energy Aspects.

Sen juga memperkirakan jika pemangkasan produksi minyak OPEC bisa melambungkan harga minyak kembali ke US$ 100 per barel. Namun, dia juga melihat ada kemungkinan harga minyak melandai sejalan dengan melemahnya tekanan di pasar global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular