
Pelajaran dari SVB: Trust Nasabah Lenyap dalam Sekejap

Menyusul kenaikan bunga yang terlalu cepat, banyak perusahaan yang kemudian berjuang akibat naiknya ongkos pinjaman.
Bank seperti SVB juga harus berjuang untuk menyeimbangkan neraca mereka setelah pembelian surat utang secara besar-besaran. SVB kemudian berusaha mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar/
Langkah tersebut kemudian malah menimbulkan kekhawatiran investor. Kepercayaan nasabah dan investor turun sehingga mereka malah memutuskan menarik dana. Akibatnya terjadilah bank run atau penarikan dana besar-besaran.
Jumlah dana yang ditarik dari SVB menembus US$ 42 miliar dalam waktu kurang lebih 10 jam atau US$ 4,2 miliar per jam.
Bank run dengan jumlah tersebut hanya kalah dari Washington Mutual Bank pada 2008 di mana penarikan dananya menembus US$ 16,7 miliar dalam 10 hari.
Thomas Jordan, chairman Swiss National Bank, menjelaskan ada persoalan 'trust' atau kepercayaan dibalik aksi bank run. Jordan juga membantah jika kemudahan teknologi menjadi salah satu alasan bank run.
Sebelumnya, sejumlah analis menilai kecepatan dan kemudahan teknologi ikut andil besar dalam kejatuhan SVB ataupun Signature Bank.
Teknologi memungkinkan nasabah menarik dananya dengan cepat di manapun dan kapanpun. Sementara itu, teknologi digital melalui media sosial (medsos) membuat kepanikan nasabah menyebar dengan cepat.
"Saya tidak percaya jika mobile banking menjadi salah satu penyebabnya. Ini adalah persoalan kurangnya kepercayaan," tutur Jordan, dikutip dari CNBC International.
Jordan menjelaskan bank run sudah kerap terjadi pada masa lalu, jauh sebelum teknologi hadir.
Kepercayaan nasabah belum juga balik bahkan setelah Presiden AS Joe Biden menenangkan warganya bahwa sistem perbankan AS tangguh dan dana mereka dijamin kembali.
Bank run bahkan sudah pernah terjadi pada 1837 hingga era The Great Depression pada 1930an.
Sebagai catatan, sektor perbankan Indonesia juga pernah digoyang bank run beberapa kali. Kasus terbesar adalah yang pernah menimpa PT Bank Central Asia (BCA) pada 1997.
CNBC INDONESIA RESEARCH
