
Ini Penyebab Harga Emas Terbang sampai Bisa Foya-Foya

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0%. Suku bunga selalu naik dalam sembilan kali pertemuan The Fed sejak Maret 2022.
Kenaikan sebesar 475 bps terjadi setelah dunia dibanjiri dana murah karena Covid-19.
Dana murah, stimulus, dan suku bunga rendah membuat banyak perusahaan ekspansif. Sementara itu, perbankan banyak membeli surat utang pemerintah AS dalam jumlah besar.
Saat suku bunga naik tajam dan yield surat utang pemerintah naik tajam, perusahaan dan perbankan pun kesulitan menyeimbangkan neracanya.
Chairman The Fed Jerome Powell mengakui The Fed mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.
Powell juga mengakui krisis perbankan saat ini kemungkinan merupakan imbas ketatnya kredit. Jika The Fed melunak maka hal itu akan sangat menguntungkan emas.
Kebijakan moneter yang dovish atau melunak akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS turun.
Kondisi ini tentu menjadi hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang melemah akan membuat emas semakin terjangkau karena mahal.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga bisa lebih bersaing dengan surat utang pemerintah AS.
3. Inflasi AS melandai
Inflasi AS mencapai 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, melandai dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Inflasi AS sudah jauh melandai dibandingkan pada Juni 2022 yang tercatat 9,1% (yoy).
Inflasi merupakan pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Target utama The Fed adalah menurunkan inflasi hingga ke kisaran 2%.
Melonjaknya emas dalam sepekan terakhir membuat analis memprakirakan harga emas akan melambung hingga uS$ 2.500 dalam waktu dekat.
Analis CMC Markets, Tina Teng, memperkirakan emas bisa menembus hingga level US$ 2.500-2.600 dalam waktu dekat.
"Begitu The Fed melakukan pivot terhadap kebijakan suku bunganya maka emas akan terus melambung karena dolar AS akan tertekan," tutur Teng, dikutip dari CNBC International.
Ahli strategi makro senior Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, bahkan memperkirakan emas bisa terbang lebih tinggi. Menurutnya, pola perdagangan emas bisa menyerupai tahun 2018, ketika logam mulia menembus US$1.350 per ons setelah dana berjangka Federal mengisyaratkan pergeseran dari pengetatan ke pelonggaran.
Kali ini, hasilnya bisa jadi emas naik ke level US$3.000.
"Reli itu membawa logam ke ketinggian baru sekitar US$2.060. Kondisi tampaknya cukup untuk emas menuju ke US$3.000," kata McGlone.
CNBC INDONESIA RESEARCH