Sectoral Insight

Ini Penyebab Harga Emas Terbang sampai Bisa Foya-Foya

mae, CNBC Indonesia
24 March 2023 14:25
emas
Foto: Pexels/Steinberg
  • Harga emas melonjak dalam sepekan terakhir
  • Krisis perbankan serta inflasi yang melandai membuat emas melambung
  • Harga emas diramal bakal menembus U$ 2.500 per troy ons

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus melesat. Dalam sebulan terakhir saja, harga sang logam mulia sudah terbang 9%. 

Lonjakan harga emas ditopang banyak faktor mulai dari krisis perbankan hingga ekspektasi pasar jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.

Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/3/2023) pukul 11:03 WIB, harga emas berada di posisi US$ 1.992,69 per troy ons. Harganya memang melemah 0,04%.

Namun, harga emas sudah jauh mengangkasa jika dibandingkan Februari lalu di mana harganya bergerak di kisaran US$ 1.800 per troy ons. Sepanjang Maret tahun ini, harga emas sudah melonjak 9%.

Bila dibandingkan dengan titik terendahnya dalam dua tahun terakhir yakni pada 26 September 2022 (US$ 1.621,57 per troy ons) maka harga emas saat ini sudah melonjak 22,9%.


Lalu, mengapa harga emas terbang dalam sepekan terakhir?Berikut faktor-faktornya:
1. Krisis perbankan AS
Faktor utama dari melesatnya harga emas adalah krisis perbankan yang menggoyang Amerika Serikat (AS) dan Eropa. 
Krisis mencuat setelah tiga bank AS kolaps yaitu Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.

Ketiganya ditutup setelah tak kuat menahan guncangan berupa penarikan dana besar-besaran dari nasabah.

Di Eropa, krisis membuat kinerja Credit Suisse ambles sampai membuat bank sentral Swiss memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar.

Krisis perbankan memberi 'berkah ganda' buat emas. Berkah pertama adalah emas semakin dicari karena dianggap sebagai aset aman. Berkah kedua adalah proyeksi melunaknya The Fed.

Saat dunia diliputi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, emas dicari sebagai aset safe haven karena memiliki risiko lebih kecil.
Dibandingkan saham, emas jelas lebih minim risiko.

Dalam tiga tahun terakhir, harga emas melonjak beberapa kali karena ketidakpastian global.
Pada 6 Agustus 2020, harga emas mencetak rekor tertinggi di posisi US$ 2.063,19 per troy ons. Harga emas terbang di tengah ketidakpastian dunia menghadapi pandemi Covid-19,
Emas kembali melonjak pada 8 Maret 2022 ke posisi US$ 2.052,41 per troy ons. Sang logam mulia melesat setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022.

2. The Fed diproyeksi melunak
The Fed diproyeksi melunak setelah krisis perbankan AS. Krisis tersebut juga membuat kebijakan The Fed dalam sorotan tajam.

Kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif dalam kurun waktu kurang dari setahun dinilai ikut andil membuat perbankan kesulitan dalam menyeimbangkan neracanya.

 

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0%. Suku bunga selalu naik dalam sembilan kali pertemuan The Fed sejak Maret 2022.
 
Kenaikan sebesar 475 bps terjadi setelah dunia dibanjiri dana murah karena Covid-19.
Dana murah, stimulus, dan suku bunga rendah membuat banyak perusahaan ekspansif. Sementara itu, perbankan banyak membeli surat utang pemerintah AS dalam jumlah besar.

Saat suku bunga naik tajam dan yield surat utang pemerintah naik tajam, perusahaan dan perbankan pun kesulitan menyeimbangkan neracanya.

Chairman The Fed Jerome Powell mengakui The Fed mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.

Powell juga mengakui krisis perbankan saat ini kemungkinan merupakan imbas ketatnya kredit. Jika The Fed melunak maka hal itu akan sangat menguntungkan emas.

Kebijakan moneter yang dovish atau melunak akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS turun.

Kondisi ini tentu menjadi hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang melemah akan membuat emas semakin terjangkau karena mahal.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga bisa lebih bersaing dengan surat utang pemerintah AS.

3. Inflasi AS melandai

Inflasi AS mencapai 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, melandai dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Inflasi AS sudah jauh melandai dibandingkan pada Juni 2022 yang tercatat 9,1% (yoy).

Inflasi merupakan pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Target utama The Fed adalah menurunkan inflasi hingga ke kisaran 2%.

Melonjaknya emas dalam sepekan terakhir membuat analis memprakirakan harga emas akan melambung hingga uS$ 2.500 dalam waktu dekat.

Analis CMC Markets, Tina Teng, memperkirakan emas bisa menembus hingga level US$ 2.500-2.600 dalam waktu dekat.

"Begitu The Fed melakukan pivot terhadap kebijakan suku bunganya maka emas akan terus melambung karena dolar AS akan tertekan," tutur Teng, dikutip dari CNBC International.

Ahli strategi makro senior Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, bahkan memperkirakan emas bisa terbang lebih tinggi.  Menurutnya, pola perdagangan emas bisa menyerupai tahun 2018, ketika logam mulia menembus US$1.350 per ons setelah dana berjangka Federal mengisyaratkan pergeseran dari pengetatan ke pelonggaran.

Kali ini, hasilnya bisa jadi emas naik ke level US$3.000.

"Reli itu membawa logam ke ketinggian baru sekitar US$2.060. Kondisi tampaknya cukup untuk emas menuju ke US$3.000," kata McGlone.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular