Catat! Saham LQ45 yang Valuasinya Murah Saat IHSG "Rungkad"

- Beberapa saham yang masuk ke dalam LQ45 memiliki valuasi relatif murah dengan menggunakan ukuran PE dan PBV dan dibandingkan dengan data historisnya.
- Indikator valuasi menggunakan standar deviation band yang membandingkan data valuasi saat ini dengan valuasi historis di mana rata-rata menjadi tolok ukur.
- Valuasi murah di saat IHSG anjlok 2% pada perdagangan kemarin karena bangkrutnya Silicon Valley Bank yang membuat investor khawatir.
Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG anjlok kemarin, namun terpantau beberapa saham yang tergabung dalam indeks LQ45 memiliki valuasi yang relatif murah.
Berikut saham-saham yang memiliki valuasi yang relatif murah:
Indikator valuasi yang digunakan adalah dengan Price Earnings dan Price to Book Value Standard Deviation Band. Indikator ini bekerja dengan membandingkan PE atau PBV saat ini dengan data historisnya dengan menambahkan garis standar deviasi dan juga garis rerata.
Gunanya untuk menentukan suatu saham murah atau tidak. Secara sederhana jika harga saham berada di atas garis rata-rata historis dan bergerak menuju garis deviasi +1 dan +2 maka bisa dikatakan valuasinya mahal atau overvalued.
Sebaliknya jika PE atau PBV bergerak ke bawah garis rata-rata atau menuju garis standar deviasi -1 dan -2 maka valuasi emiten tersebut relatif murah atau undervalued.
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan anjlok 2,15% ke posisi 6.641,81 pada penutupan perdagangan Selasa (14/3/2023).
Penurunan tajam IHSG pada Selasa didorong oleh sentimen negatif yang cukup besar dari krisis mini yang terjadi di sektor perbankan Amerika Serikat (AS). Tercatat ada dua bank yang kolaps alias jatuh, Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
Kejatuhan dua bank berskala besar di Amerika Serikat tersebut menimbulkan kepanikan kepada seluruh investor saham di seluruh dunia. Alhasil, saham-saham perbankan mengalami tekanan jual tinggi (selloff) di seluruh dunia.
Investor was-was apakah akan ada bank lain yang jatuh setelah SVB dan Signature Bank. Apalagi banyak ditulis bahwa SVB dan Signature Bank jatuh sebagai korban dari kebijakan kenaikan suku bunga acuan yang agresif dari bank sentral AS yaitu Federal Reserve (The Fed).
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
IHSG Melemah, Ini Saham Pemberatnya
(ras/ras)