
Kehabisan Tenaga, IHSG Sesi Pertama Ditutup Stagnan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (15/3/23) ditutup naik tipis 0,01%.
Perdagangan menunjukkan sebanyak 229 saham menguat, 276 saham turun sementara 226 lainnya mendatar.
Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 11,9 miliar saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 8,14 miliar.
Hingga istirahat siang ini, setengah dari total sektor di Bursa Efek Indonesia menguat dengan sektor real estate memimpin penguatan sebesar 0,71%.
Adapun pendorong kenaikan IHSG mayoritas berasal dari saham-saham perbankan. Bank Mandiri menopang IHSG sebesar 3,53 indeks poin disusul Bank Rakyat Indonesia dengan 2,54 indeks poin. Di posisi ketiga Sumber Alfaria Trijaya dengan 2,41 indeks poin. Bank Negara Indonesia dan Berdikari Pondasi Perkasa juga turut menopang IHSG masing-masing 1,8 indeks poin.
Pasar keuangan Tanah Air hari ini diperkirakan akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sentimen utama dari luar negeri adalah meredanya gejolak di bursa Wall Street dan data inflasi AS yang melandai.
Sementara itu, sentimen dari dalam negeri yang akan menopang pasar adalah data neraca perdagangan Februari, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, Rapat Dewan Gubernur BI, dan RUPS sejumlah perusahaan.
Investor perlu mencermati keadaan di Wall Street yang akan mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 336,26 poin atau 1,06% ke posisi 32.155,4. Indeks S&P menguat 64,8 poin atau 1,68% ke 3.920,56 sementara indeks Nasdaq terbang 239,31 poin atau 2,14% ke posisi 11.428,15.
Sektor keuangan pada bursa saham Indonesia yang ambles pada perdagangan Selasa kemarin diharapkan rebound pada hari ini. Pemerintah maupun OJK sudah memastikan bahwa sistem perbankan nasional kuat meski ada krisis SVB dan Signature Bank di AS.
Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa bank dengan skala apapun bisa menimbulkan gelombang kepanikan yang berujung krisis.
Inflasi AS yang melandai menjadi 6% pada Februari 2023 diperkirakan akan membuat The Fed melunak. Inflasi yang masih jauh dari target The Fed di kisaran 2% ini akan menjadi modal positif bagi pergerakan pasar hari ini.
Pasar kini berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan depan. Namun, dengan inflasi yang melandai dan krisis SVB, agresivitas The Fed diproyeksi berkurang.
Data neraca perdagangan Februari, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, Rapat Dewan Gubernur BI, dan RUPS sejumlah perusahaan akan menopang sentimen dari dalam negeri.
Meski demikian, investor perlu tetap waspada terhadap keadaan di luar negeri yang mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air. Sentimen positif dari dalam negeri akan menjadi penopang pasar keuangan Tanah Air.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat