
Goldman Sachs Bullish ke Apple, Warren Buffett Cuan Jumbo!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs Group Inc. kembali memberikan rekomendasi beli (bullish) saham produsen iPhone Apple Inc. untuk kali pertama sejak hampir 6 tahun silam.
Analis Goldman Sachs Michael Ng baru saja mengambil alih ulasan riset (coverage) mengenai Apple, memberikan target harga (TP) US$199/saham.
Target harga tersebut mengimplikasikan potensi kenaikan (upside) saham AAPL hingga 32% dibandingkan penutupan Jumat (3/3) lalu atau 29,4% per penutupan Senin (6/3) kemarin.
Michael Ng berpendapat, alih-alih terlalu mengkhawatirkan tekanan terhadap pendapatan perusahaan di tengah gejolak makroekonomi selama 2022, pasar seharusnya berfokus pada basis pengguna dan pertumbuhan pendapatan berulang dari segmen jasa Apple.
"Kami memberikan peringkat buy (beli) di AAPL karena kami percaya fokus pasar pada pertumbuhan pendapatan produk yang lebih lambat menutupi kekuatan ekosistem Apple dan daya tahan dan visibilitas pendapatan terkait," kata Michael Ng dan tim riset Goldman Sachs, pada sebuah catatan, dikutip Barron's, Senin (6/3).
Sebagaimana diketahui, harga saham raksasa teknologi asal Cupertino, California, AS, tersebut anjlok 27% sepanjang 2022, di tengah problem produksi di pabrik di China hingga rontoknya saham teknologi akibat sikap hawkish bank sentral AS The Fed.
Sementara, penjualan Apple turun 5% secara tahunan (YoY) menjadi US$117,2 miliar pada kuartal Desember, penurunan pendapatan kuartalan pertama sejak 2019.
CEO Apple Tim Cook menyebut ada tiga alasan utama soal penurunan top line perusahaan, yakni masalah (headwinds) mata uang, kendala pasokan akibat pandemi Covid-19-terutama di China-dan kondisi makro global yang penuh tantangan.
"Kesuksesan Apple dalam hal desain perangkat keras utama dan loyalitas merek yang dihasilkan telah menghasilkan basis pengguna yang terus bertambah," kata Ng dalam catatan, dikutip Bloomberg News, Senin (6/3).
Hal tersebut, jelas Michael, pada gilirannya akan membantu perusahaan mengutangi jumlah pengguna yang meninggalkan ekosistem, mendorong pelanggan untuk kembali melakukan pembelian, dan menurunkan biaya akuisisi klien.
Seiring dengan adanya hambatan saat ini, terutama dari sisi pendapatan produk, menurut Michael Ng, telah membuat valuasi saham Apple menjadi 'menarik'.
Menurut catatan Michael, saham AAPL saat ini diperdagangkan 24 kali di atas proyeksi laba 12 bulan ke depan (forward P/E ratio), berada di bawah rata-rata 2020 hingga 2022 yang mencapai 27 kali dan level tertinggi pada tahun lalu sebesar 32 kali.
Multibagger, Jadi Koleksi Kesukaan Warren Buffett
Sejak terakhir kali Goldman memberikan rekomendasi beli pada 2017 lalu, saham AAPL sudah meroket lebih dari 300%.
Menariknya, sebelum raksasa bank investasi Negeri Paman Sam tersebut mematok rating beli pada 2017, investor legendaris AS Warren Buffett sudah mengumumkan bahwa dirinya mulai memasukkan Apple ke dalam portofolio perusahaan investasinya Berkshire Hathaway.
Pada 16 Mei 2016, sang Oracle asal Omaha tersebut mengumumkan pembelian 9,8 juta saham Apple.
Kabar tersebut sempat membuat heboh pelaku pasar lantaran Buffett sering menyebut dirinya enggan berinvestasi di saham teknologi. Buffett dulu bilang, dia tidak berinvestasi di perusahaan yang tidak ia pahami.
Usai pembelian pertamanya dan beberapa momen setelah itu, Buffett sempat menjual sebagian posisinya di AAPL dan meraup keuntungan besar dari saham tersebut.
Sementara, pada kuartal keempat 2022, Berkshire Hathaway kembali memborong sekitar 333 ribu saham AAPL.
![]() Sumber: Refinitiv |
Kini, Apple masih menjadi portofolio terbesar Buffett dan Berkshire, mewakili 41,8% dari total investasinya. Berkshire sendiri memiliki lebih dari 5% saham Apple.
Selama 2022, Berkshire memperoleh sekitar US$823,5 juta dari dividen Apple.
Sementara, dalam estimasi kasar, sejak Buffett mengumumkan pembelian saham produsen Macbook tersebut pada 2016, saham AAPL sudah meroket multibagger hingga 555%.
Praktis, Apple pun menjadi salah satu saham favorit Buffett saat ini.
Dalam wawancara dengan CNBC International, pada Februari 2020, Buffett bilang, "Saya tidak berpikir Apple sebagai sebuah saham. Saya menganggapnya sebagai bisnis ketiga kami."
Buffett kemudian menjelaskan, "Ini [Apple] mungkin bisnis terbaik yang saya tahu di dunia. Dan itu adalah komitmen yang lebih besar yang kami miliki dalam bisnis apa pun, kecuali asuransi dan kereta api," kata pria penyuka minuman bersoda sekaligus pemegang saham Coca-Cola tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/pap)