
Ulah China Berimbas Hingga ke Saham Batu Bara RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas saham emiten batu bara kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Selasa (7/3/2023), di tengah kembali lesunya harga batu bara acuan dunia akibat lesunya permintaan di China dan Eropa.
Hingga pukul 09:41 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 17 saham terkoreksi, satu saham stagnan, dan dua saham menguat. Dari 17 saham yang terkoreksi, sebelas diantaranya sudah terkoreksi lebih dari 1% dan sisanya yakni enam saham terkoreksi kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.240 | -2,75% |
ABM Investama | ABMM | 2.740 | -2,49% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 4.020 | -2,19% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 296 | -1,99% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 60 | -1,64% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 630 | -1,56% |
Bukit Asam | PTBA | 3.940 | -1,25% |
MNC Energy Investment | IATA | 84 | -1,18% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 6.525 | -1,14% |
United Tractors | UNTR | 27.350 | -1,08% |
Bayan Resources | BYAN | 18.600 | -1,06% |
Harum Energy | HRUM | 1.645 | -0,90% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 37.425 | -0,86% |
Atlas Resources | ARII | 246 | -0,81% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 6.400 | -0,78% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.890 | -0,69% |
Indika Energy | INDY | 2.280 | -0,44% |
TBS Energi Utama | TOBA | 545 | 0,00% |
Bumi Resources | BUMI | 129 | 0,78% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 104 | 0,97% |
Sumber: RTI
Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menjadi yang paling besar koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambruk 2,75% ke posisi harga Rp 1.240/saham.
Selanjutnya di posisi kedua, ada saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) yang ambles 2,49% ke Rp 2.740/saham.
Selain itu, beberapa saham batu bara berkapitalisasi pasar besar (big cap) pada pagi hari ini juga terkoreksi cukup dalam, seperti saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang ambrol 1,25%, kemudian PT United Tractors Tbk (UNTR) yang ambles 1,08%, dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang merosot 1,06%.
Namun, untuk saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) bergerak sebaliknya yakni menguat masing-masing 0,78% dan 0,97%.
Harga batu bara ambruk pada awal pekan ini, di mana proyeksi pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah serta anjloknya permintaan membuat harga pasir hitam tertekan.
Pada perdagangan Senin kemarin, harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 188,75 per ton. Harganya ambruk 3,40%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 20 Februari 2023 atau 10 perdagangan terakhir.
Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif harga batu bara yang melemah pada akhir pekan lalu. Dalam dua hari tersebut, harga batu bara ambruk 4,7%.
Secara keseluruhan, harga batu bara sudah ambruk 2,8% sepanjang Maret tahun ini.
Harga batu bara ambruk setelah pemerintah China mengumumkan target pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar. Lemahnya permintaan dari Eropa juga membuat harga batu bara terus tertekan.
China dan Eropa terus berperan besar dalam menentukan harga batu bara sejak tahun lalu karena besarnya permintaan dari kedua kawasan. Namun, kedua kawasan tersebut juga kerap membuat harga batu bara tertekan jika ada sentimen negatif dari mereka.
Di antaranya adalah lesunya permintaan ataupun rendahnya penggunaan listrik.
Seperti diketahui, pemerintah Tiongkok memperkirakan pertumbuhan ekonomi mereka hanya akan nada di kisaran 5% pada tahun ini. Padahal, sejumlah analis dan lembaga memproyeksi ekonomi bisa tumbuh di atas 5% setelah hanya tumbuh 3% pada 2022.
Pelonggaran mobilitas serta pembukaan perbatasan internasional semula diyakini bisa mendongkrak ekonomi Beijing. Namun, China justru lebih pesimis dibandingkan pasar.
China merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga pertumbuhan Negara Tirai Bambu akan sangat menentukan permintaan dan harga batu bara global.
Melemahnya permintaan global, terutama dari Eropa, juga membuat harga batu bara lesu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)