Newsletter

Awas, 'Sabda' Powell & Kabar Buruk China Bisa Guncang Pasar!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
07 March 2023 06:05
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)
  • Pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja beragam, ada yang menggembirakan namun ada yang masih mengecewakan pada perdagangan kemarin. Sinyal-sinyal dari data ekonomi tentunya masih dinantikan oleh para pelaku pasar
  • Ekonomi China memang membaik, tapi pelaku pasar masih mencermati data-data penting untuk meyakinkan mereka agar bisa melirik aset-aset berisiko.
  • Sementara itu sentimen dari Amerika Serikat tak kunjung membaik karena The Fed sepertinya tak memberikan rem terhadap kenaikan suku bunga. Dari dalam negeri, hari ini data cadangan devisa yang turut mewarnai pasar.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan mampu mencatatkan kinerja yang beragam pada perdagangan awal pekan Senin (6/3/2023) di tengah penantian pelaku pasar terhadap sabda Powell beserta pejabat bank paling powerfull di dunia.

Dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di zona merah dengan koreksi 0,1% ke 6.807. Padahal sejak perdagangan dibuka IHSG sempat bergairah namun tak mampu menguat hingga akhir perdagangan.

Sebanyak 312 saham melemah, 206 saham mengalami kenaikan dan 215 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 7,9 triliun dengan melibatkan 15,43 miliar saham. Pelaku pasar mencatatkan aksi jual (net sell) mencapai Rp 247,39 miliar di pasar reguler.

'Hantu mengerikan' dari kebijakan The Fed yang diperkirakan masih tetap agresif menaikkan suku bunganya. Terlebih data tenaga kerja AS masih sangat kuat.

 

Berdasarkan data Refinitiv, 4 dari total sektor melemah. Sektor energi menjadi sektor yang paling merugikan indeks dengan penurunan 1,35%. Sebaliknya, sektor konsumen non-primer terpantau menjadi penahan koreksi paling besar menguat 0,86%. Berikut rinciannya.

Mayoritas saham-saham energi tercatat membukukan kinerja negatif. Bumi Resources tenggelam 3,76%, Adaro Energy jatuh 3,64% sementara Borneo Olah Sarana merosot 3,17%. Berikutnya Indika Energy melorot 2,55% pun Baramulti Suksessarana turun 1,44% dan lainnya.

Dari pasar keuangan lain Rupiah juga masih mencatatkan penguatan di hadapan dolar AS. Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada penutupan perdagangan perdagangan Senin (6/03/2023) sebesar 0,03% ke posisi Rp 15.290/US$.

Penguatan rupiah kali ini, mengakhiri tren negatif akhir pakan lalu di mana rupiah melemah 0,13% yang ditutup di level Rp 15.295/US$.

 

Penguatan ini menjadi kabar baik mengingat sejak awal Februari rupiah terus terdepresiasi. Bahkan sebulan terakhir rupiah telah melemah 2,20% melawan dolar setelah sebelumnya sempat menguat pada Januari 2023.

Tiga indeks utama Wall Street berakhir di zona hijau pada perdagangan awal pekan Senin (6/3/2023) waktu New York di tengah penantian investor terhadap berbagai data ekonomi penting yang akan memberikan sinyal terhadap langkah yang di ambil The Fed.

Dow Jones Industrial Average naik 40,47 poin, atau 0,12%, menjadi 33.431,44., sementara S&P 500 naik 0,07% menjadi berakhir pada 4.048,42, dan Nasdaq Composite merosot 0,11% menjadi ditutup pada 11.675,74.

Kenaikan pada indeks Dow Jones naik terjadi karena karena Wall Street berjuang untuk mempertahankan kenaikan minggu lalu dan investor bersiap untuk minggu yang sibuk dengan berita ekonomi.

Pada sesi tertinggi, Dow Jones sempat melonjak 181 poin, sedangkan Nasdaq melonjak hampir 1,2%. Namun pada penurunan perdagangan penguatan inipun terpangkas bahkan berbalik arah.

Imbal hasil obligasi mengalami kenaikan tipis, dengan imbal hasil surat utang negara 10 tahun terakhir diperdagangkan naik lebih dari satu basis poin setelah melonjak di atas level psikologis 4% di berbagai titik pekan lalu.

Naiknya imbal hasil ini meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen dan dapat menandakan penurunan kepercayaan investor.

Terlepas dari pergerakan ini, beberapa saham teknologi terdorong lebih tinggi, dengan Apple melonjak sekitar 2% . Setidaknya inilah yang mendorong penguatan dari S&P sebab iPhone menyumbang sekitar 7% dari S&P.

Investor sedang menunggu sesi dengar pendapat di kongres AS dengan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang dijadwalkan untuk Selasa dan Rabu (7-8/3/2023).

Pernyataan tersebut akan memandu investor dan anggota parlemen tentang bagaimana bank sentral berpikir tentang inflasi dan kampanye kenaikan suku bunga, dan dapat menentukan ke mana arah pasar dari sini.

"Sangat bijaksana bagi pasar untuk tidak terlalu terburu-buru mengingat ini adalah minggu yang penting yang dapat mengubah arah," kata Quincy Krosby dari LPL Financial, menghubungkan pergerakan hari Senin dengan ketidakpastian menuju minggu yang sibuk di kutip CNBC International.

Wall Street yang ditutup beragam pada perdagangan awal pekan pekan Waktu New York  tentunya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi atas pengumuman sejumlah data ekonomi.

Sebagai catatan, Ketegangan antara suku bunga dan harga saham akan tetap terjadi di minggu ini, karena investor terus mencerna indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.

Fokus utama investor masih berkutat pada ekonomi Amerika Serikat (AS), China, dan perkembangan data ekonomi penting dalam negeri.

Dari Amerika, investor masih setia mencermati sinyal suku bunga dari ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell. Kata-kata yang keluar dari Powell akan menentukan nasib pasar keuangan Indonesia pekan ini.

Seperti diketahui, pasar dalam beberapa pekan terakhir memprediksi The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya. Sebabnya, pasar tenaga kerja yang kuat, ditambah lagi inflasi kembali naik. 

The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu yang membawa suku bunga pinjaman semalam ke kisaran target 4,5%-4,75%.

Pasar juga terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi, kendati demikian rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.

"Inflasi adalah masalah yang merusak. Itu diperburuk oleh The Fed yang tidak mengakuinya pada tahun 2021," kata Komal Sri-Kumar, presiden Strategi Global Sri-Kumar dikutip CNBC International.

Pasar kini melihat suku bunga The Fed bisa mencapai 5,5% - 5,75% pada Juli nanti, naik 100 basis poin dari level saat ini dan lebih tinggi ketimbang proyeksi yang diberikan bank sentral AS tersebut 5% - 5,25%.

Dari China, sudah tak asing lagi bahwa kebangkitan ekonominya membawa sinyal positif bagi pasar keuangan Indonesia.

China kembali mengungkap target pertumbuhan negaranya di 2023. Dalam Kongres Rakyat Nasional (NPC) Minggu, negara itu menetapkan menetapkan pertumbuhan ekonomi 5% hingga akhir 2023.

Perlu diketahui, produk domestik bruto (PDB) China 2022, tumbuh hanya 3%. Itu menjadi yang terburuk dalam beberapa dekade akibat pembatasan ketat Covid-19 selama tiga tahun, krisis di sektor propertinya, tindakan keras terhadap perusahaan swasta serta melemahnya permintaan ekspor untuk China.

Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menekankan perlunya stabilitas ekonomi dan memperluas konsumsi untuk mencapai target itu. Ia menetapkan tujuan menciptakan sekitar 12 juta pekerjaan perkotaan tahun ini, naik dari target tahun lalu setidaknya 11 juta, dan memperingatkan bahwa risiko sektor real estat tetap ada.

China sendiri menetapkan target defisit anggaran sebesar 3,0% dari PDB. Ini melebar dari target sekitar 2,8% tahun lalu.

Hari ini, pelaku pasar patut mencermati data neraca perdagangan China. Sebelumnya, surplus perdagangan China turun menjadi US$ 78,01 miliar pada Desember 2022 dari revisi US$ 93,21 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar US$ 76,2 miliar.

Data tersebut masuk di tengah melemahnya permintaan global dan domestik. Ekspor anjlok 9,9%, penurunan terbesar dalam hampir tiga tahun.

Sementara dari sisi impor turun lebih lemah 7,5%, penurunan ketiga bulan berturut-turut. Mempertimbangkan tahun penuh 2022, surplus perdagangan negara melebar 31% yoy menjadi US$ 876,91 miliar, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1950, karena ekspor naik 7% dan impor hanya meningkat 1%

Dari dalam negeri, pelaku pasar tengah fokus mencermati data Cadangan Devisa yang akan di rilis oleh Bank Indonesia (BI) hari ini.

Untuk diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2023 mencapai US$ 139,4. Angka ini naik dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2.

Peningkatan posisi cadangan devisa pada Januari 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerbitanglobal bondpemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.

Berikut beberapa agenda penting terkait data ekonomi yang akan rilis hari ini:

Data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan (06:00)

Data penghasilan tunai rata-rata Jepang (06:30)

Data cadangan devisa Jepang (06:50)

Data penjualan retail Inggris (07:01)

Data cadangan devisa Indonesia

Data neraca perdagangan, Ekspor Impor, dan penjualan retail Australia (07:30)

Data neraca perdagangan, Ekspor Impor China (10:00)

Keputusan suku bunga RBA Australia (10:30)

Pidato Powell The Fed (10:00)

Optimisme Ekonomi IBD/TIPP AS (10:00)

Data persediaan grosir (10:00)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]  


(aum/aum) Next Article Welcome Trump 2.0: Perang Tarif Ditunda di Hari Pertama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular