Newsletter

Inflasi Diramal Naik Lagi, Apa Kabar Pasar Finansial RI?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 March 2023 06:05
Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Rakyat Pinasungkulan, Karombasan, Kota Manado. (Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Rakyat Pinasungkulan, Karombasan, Kota Manado. (Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Hari ini, sentimen pasar dipenuhi oleh data ekonomi domestik dan global yang dapat menjadi cerminan situasi terbaru terkait ketangguhan ekonomi dunia. Di saat bersamaan investor juga tampaknya masih akan terus mencerna indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan dan implikasinya ke pasar ekuitas domestik.

Sentimen utama hari ini datang dari dalam negeri yakni pengumuman data inflasi yang akan dilaporkan jelang tengah hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Februari 2023 naik menjadi 5,40% secara tahunan (yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 5,28%. Sementara itu secara bulanan (mtm) inflasi diharapkan melandai di Februari menjadi 0,11% dari bulan Januari yang tercatat di angka 0,34%.

Secara historis, inflasi pada Februari (mtm) memang melandai karena harga-harga bahan pangan biasanya sudah melambung pada Desember dan Januari. Rata-rata inflasi (mtm) Februari dalam lima tahun terakhir hanya 0,09%. Pada Februari 2019 dan 2022 bahkan terjadi deflasi.

Secara tahunan, inflasi bulan Februari kembali berada di luar target yang diharapkan pemerintah di rentang 2-4%. Terakhir kali inflasi bergerak dalam target terjadi pada bulan Mei 2022 atau berarti sudah sembilan bulan beruntun inflasi RI berada di atas target. Meski demikian, kondisi yang dialami RI memang jauh lebih baik dibandingkan sejumlah negara, umumnya ekonomi maju, yang dalam setahun terakhir inflasinya melonjak tinggi, bahkan dalam sejumlah kesempatan tembus dua digit.

Kemudian hari ini investor juga patut memantau rilis data aktivitas manufaktur Indonesia, yang terlihat lewat Purchasing Manager's Index (PMI) periode Februari 2023.

Pasar memperkirakan sektor manufaktur di RI makin bergeliat dengan angka PMI diprediksi naik menjadi 51,8, dari sebelumnya pada Januari lalu di angka 51,3. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya mencerminkan kontraksi sementara di atasnya ekspansi.

Sentimen selanjutnya datang dari Wall Street yang pada perdagangan Selasa (28/2) ditutup melemah setelah sehari sebelumnya kompak berakhir di zona hijau.

Melemahnya tiga indeks utama Wall Street dapat menjadi sentimen buruk yang mengikis kepercayaan investor di bursa domestik yang belakangan tampak bimbang terlihat dari pergerakan indeks yang cenderung masih sideways.

Pada penutupan perdagangan Selasa (28/2), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,71%, S&P 500 melemah 0,30%, dan indeks padat teknologi Nasdaq Composite terkoreksi 0,10%.

Kemudian investor juga perlu memantau secara spesifik emiten yang perlahan satu-persatu mulai mengumumkan kinerja keuangan tahunan. Capaian positif diharapkan mendorong naik kinerja saham yang secara luas dapat menjadi dorongan positif bagi IHSG.

Melanjutkan musim laporan keuangan adalah pembagian dividen kepada pemegang saham. Sejumlah perusahaan telah mengumumkan pengajuan angka dividen dan menunggu persetujuan pemegang saham dalam RUPS. Dividen jumbo dengan yield tinggi diharapkan dapat menjadi pemanis bagi investor untuk memborong saham perusahaan.

Terakhir investor dapat mencerna banyaknya data ekonomi global yang secara serentak diumumkan hari ini. Data-data tersebut termasuk aktivitas manufaktur di Jepang, China, Eropa dan AS hingga data inflasi Jerman. Data ekonomi tersebut dapat menjadi proksi penting bagi investor untuk melihat kondisi terkini perekonomian global dan dapat menjadi acuan dalam melakukan keputusan investasi.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular