Newsletter

Hati-hati The Fed Bisa Bawa IHSG Longsor

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
23 February 2023 06:25
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Risalah rapat The Fed menegaskan The Fed masih akan hawkish
  • Wall Street ambruk merespon risalah The Fed
  • Dalam negeri minim sentimen

Jakarta, CNBC Indonesia - "Angin sakal" dari barat mulai datang meniup optimisme investor akan pasar keuangan Indonesia. Pada perdagangan Rabu (22/2/2023) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.809,96 atau terkoreksi tajam 0,92% secara harian.

Adapun 353 saham melemah dan hanya 173 saham yang mengalami kenaikan serta 190 lainnya stagnan.

Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,79 triliun dengan melibatkan 16,64 miliar saham. Nilai ini relatif kecil dibandingkan transaksi dua hari sebelumnya yang juga melemah.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, sembilan dari sepuluh sektor melemah. Sektor kesehatan menjadi sektor yang paling membebani indeks dengan penurunan hampir 2,5%. Hanya sektor energi yang bertahan, menguat 0,44%.

Saham-saham kesehatan yang merosot termasuk KLBF turun signifikan 5,68% disusul MIKA jatuh 3,23% dan MTMH melandai 1,59%

Tumbangnya IHSG tak lepas dari pelemahan saham-saham dengan kapitalisasi jumbo.  Sebut saja GOTO dan BMRI kembali menjadi pemberat (laggard) utama IHSG sekitar 9,5 indeks poin sementara BBRI dan KLBF masing-masing membebani indeks sebesar 7,41 dan 6,44 indeks poin.

Investor masih cenderung kurang bergairah untuk kembali berinvestasi di pasar saham Indonesia. Penyebabnya adalah sentimen pasar global yang memburuk turut memperparah psikologis pasar.

IHSG bukan satu satunya bursa di Asia-Pasifik yang gugur. Tercatat ada Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,34% ke posisi 27.104,3, Hang Seng Hong Kong melemah 0,51% ke 20.423,84, Shanghai Composite China terkoreksi 0,41% ke 3.291,15, Straits Times Singapura terpangkas 0,21% ke 3.300,04.

Berikutnya ASX 200 Australia ditutup terdepresiasi 0,3% ke 7.314,5, dan  KOSPI Korea Selatan ambruk 1,68% ke 2.417,68, 

Sementara itu, rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) karena pelaku pasar  menanti rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) Kamis dini hari dan inflasi versi personal consumption expenditure (PCE).

Melansir data Refinitiv, rupiah sempat menyentuh Rp 15.228/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 15.200/US$, melemah 0,1% di pasar spot.

Indeks utama Wall Street kompak turun setelah rilis notula rapat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed memberikan sinyal akan ada kenaikan suku bunga demi menurunkan inflasi.

Pada perdagangan Rabu (22/2/2023) indeks Dow Jones turun 0,26% ke 33.045,09. Sedangkan indeks S&P500 turun 0,16% ke 3.991,05 dan Nasdaq turun 0,13% menjadi 11.507,07.

Risalah pertemuan The Fed menunjukkan inflasi tetap "jauh di atas" target bank sentral 2%, menambahkan bahwa pasar tenaga kerja masih "sangat ketat, berkontribusi terhadap tekanan kenaikan terus pada upah dan harga."

Pejabat Fed juga mencatat bahwa "data inflasi yang diterima selama tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan tetapi menekankan bahwa lebih banyak bukti kemajuan di kisaran harga yang lebih luas akan diperlukan untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur ke bawah yang berkelanjutan," kata risalah tersebut.

Presiden Fed St.Louis James Bullard mengatakan bahwa perjuangan bank sentral melawan inflasi masih jauh dari selesai.

"Menjadi populer untuk mengatakan, 'Mari pelan-pelan dan rasakan jalan kita ke tempat yang kita butuhkan.' Kami masih belum sampai pada titik di mana panitia menetapkan apa yang disebut tarif terminal," katanya dikutip dari CNBC Internasional.

"Dapatkan ke level itu dan kemudian rasakan jalan Anda dan lihat apa yang perlu Anda lakukan. Anda akan tahu kapan Anda berada di sana ketika langkah selanjutnya bisa naik atau turun," tambah Bullard.

Kekhawatiran yang memuncak bahwa Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga membuat takut investor mendorong saham ke hari terburuk pada 2023.

Kepala ahli strategi global LPL Financial Quincy Krosby mengatakan bahwa rilis risalah pertemuan tidak mengubah lintasan pasar, karena investor tetap teguh dalam keyakinan mereka bahwa Fed tidak akan melanjutkan kenaikan suku bunga lebih jauh.

"Ini bukan pasar yang berpikir bahwa Fed harus melanjutkan setelah Juni dengan kenaikan suku bunga," kata Krosby. "Ini adalah pasar yang mengkhawatirkan pendapatan tentang margin, tekanan margin, dan kompresi margin."

Notula The Fed

Mata investor tertuju pada hasil notula rapat The Fed yang sudah dirilis dini hari tadi dan diperkirakan akan mempengaruhi gerak pasar global maupun IHSG.

Pejabat Federal Reserve pada pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin. Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.

Inflasi "tetap jauh di atas" target Fed 2% sebab pasar tenaga kerja yang "tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga."

Akibatnya, Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin dan merupakan kenaikan terkecil sejak tren pengetatan kebijakan moneter pertama pada Maret 2022.

Langkah tersebut membawa suku bunga ke kisaran target 4,5%-4,75%. Akan tetapi risalah mengatakan bahwa kecepatan yang berkurang datang dengan tingkat kekhawatiran yang tinggi bahwa inflasi masih menjadi ancaman.

"Peserta mencatat bahwa data inflasi yang diterima selama tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan tetapi menekankan bahwa bukti kemajuan yang jauh lebih banyak di kisaran harga yang lebih luas akan diperlukan untuk yakin bahwa inflasi terus menurun. jalan," kata menit.

Pasar khawatir jika Fed bergerak terlalu cepat atau terlalu jauh, hal itu dapat menyebabkan ekonomi mengalami resesi sehingga wall street pun ambruk.

Para pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan meningkat pada tiga pertemuan terakhir, yakni pada Maret, Mei, dan Juni. Masing-masing naik sebesar 25 basis poin.

Rilis Data Pengangguran dan PCE

Malam nanti rilis klaim awal pengangguran AS patut ditunggu karena menjadi memiliki pengaruh terhadap kenaikan suku bunga. Diperkirakan data klaim awal pengangguran pada pekan kemarin sebesar 200.000. Jumlah tersebut naik dari posisi sebelumnya yakni 194.000.

Kenaikan tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar sebab pasar tenaga kerja akan sedikit melonggar dan berpotensi membuat inflasi melandai.

Sementara itu Personal Consumption Expenditure (PCE) diprakirakan akan turun menjadi 3,2% quarter-on-quarter (qoq). Angka tersebut turun dari sebelumnya 4,3%.

Asal tahu saja, PCE juga menjadi indikator bagi The Fed dalam menentukan sikap moneternya. PCE sendiri mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga konsumsi domestik. Adapun yang dihitung merupakan barang dan jasa.

Sentimen dalam negeri

Sementara itu dari dalam negeri, ada kabar positif dari kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Januari.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan APBN surplus pada Januari 2023 sebesar Rp 90,8 triliun atau 0,43% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Namun, tampakny  investor masih menahan investasinya ke Indonesia. Sehingga dana asing alias inflow mulai agak 'seret'.

Pasar obligasi Indonesia hingga 20 Februari 2023 (year to date), mencatatkan inflow sebesar Rp 43,9 triliun. 

Sri Mulyani menjelaskan outflow disebabkan oleh sentimen global khususnya The Fed yang tampak masih akan hawkish.

Berikut sejumlah agenda dan rilis ekonomi yang terjadwal untuk hari ini:

  • Klain Awal Pengangguran AS (Pkl 20.30 WIB)
  • PCE QoQ AS (Pkl 20.30 WIB)

Agenda Emiten:

  • IPO PT Hillcon Tbk

Agenda Event:

  • CNBC Indonesia akan menggelar Energy & Mining Outlook 2023 "Menuju Kemandirian Energi dan Hilirisasi Tambang RI". Turut hadir antara lain Menteri ESDM, Direktur Utama PLN, dan Direktur Utama PT Timah (09:00 WIB)

  • Diskusi 1 tahun perang Rusia vs Ukraina yang akan dihadiri oleh Dubes Ukraina Vasyl Hamianin dan Juru Bicara Kedubes AS Mike Quinlan (13:00 WIB)

  • Pembacaan vonis Majelis Hakim terhadap Terdakwa Surya Darmadi dalam perkara dugan tipikor di PT Duta Palma Group di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (09:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional.

ndikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY)

5,01%

Inflasi (Januari 2023 YoY)

5,28%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023)

5,75%

Defisit Anggaran (APBN Desember 2022)

-2,38% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (2022)

1,0% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q4-2022 YoY)

US$ 4,7 miliar

Cadangan Devisa (Januari 202)

US$ 139,4 miliar

CNBC INDONESIA RESEARCH

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular