Newsletter

Awas! Suku Bunga The Fed Bisa Naik 3 Kali Lagi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 February 2023 06:16
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
  • The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali
  • Pasar akan merespon suku bunga BI yang tetap 
  • Tarik menarik sentimen pekan ini masih ketat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pekan lalu penuh kegalauan karena tarik menarik sentimen eksternal maupun domestik. 

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (17/2/2023), pasar saham Indonesia ditutup di posisi 6895,71. IHSG nyaris tidak bergerak dan hanya menguat 0,05 poin atau 0,0007%.

Total volume perdagangan kemarin ini menembus 25,4 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 9,8 triliun. Sebanyak 213 saham menguat, 290 saham turun, dan 225 saham stagnan.

Secara keseluruhan, IHSG masih menguat 0,22% dalam sepekan. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya di mana IHSG melemah 0,45%.

Dalam lima hari perdagangan pekan ini, IHSG dua kali ditutup pada zona merah yakni pada Rabu dan Kamis sementara tiga hari sisanya di zona hijau.

IHSG pun masih belum mampu menyentuh level psikologis 7.000 dan terus dibayangi resisten di 6.900-6,975.

Sementara rupiah melemah sepanjang pekan kemarin seiring dengan kinerja negatif mata uang Asia.

Mata uang Garuda ambruk 0,46% dalam sepekan. Dalam sepekan terakhir, rupiah juga hanya menguat dua kali yakni pada Selasa dan Kamis. Sisanya rupiah tersungkur di hadapan dolar AS.

Pelemahan ini memang lebih kecil dibandingkan pada pekan lalu di mana rupiah ambruk 1,59%. Sepanjang bulan ini, rupiah juga jeblok 1,41% padahal rupiah melambung 3,87% pada Januari 2023.

Meskipun demikian rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang Asia lainnya.

Baht Thailand menjadi yang terburuk pada pekan ini dengan pelemahan mencapai 2,35% sepekan.

Pelemahan terburuk kedua terjadi pada ringgit Malaysia yang anjlok 2,28% disusul dengan won Korea yang ambruk 2,19% sepekan.

Yen Jepang melemah 2,04% pada pekan ini sementara peso Filipina melandai 1,86% dan renminbi China turun 0.86%. Dolar Singapura melemah 0,47% disusul dengan rupiah. Rupee India hanya turun 0,29% pada pekan ini.

Indeks utama Wall Street bergerak beragam di akhir pekan di tengah kebingungan investor akan kebijakan moneter The Fed selanjutnya.

Pada perdagangan Jumat (17/2), Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,39% ke 33.826,69 poin. Sedangkan S&P 500 ditutup turun 0,28% ke 4.079,09 dan Nasdaq Composite juga melemah 0,58% menjadi 11.787,27. 

Kinerja dalam sepekan kemarin ow koreksi 0,1%, S&P 500 turun 0,3%, D dan Nasdaq naik 0,6%.

Goldman Sachs dan Bank of America memperkirakan masih akan ada tiga kenaikan suku bunga lagi masing-masing naik 25 basis poin (bp).

Perkiraan tersebut tak lepas dari ekonomi Amerika Serikat yang masih solid dan inflasi Januari yang tumbuh di atas ekspektasi pasar.

Ekonomi yang solid dipandang menjadi momentum bagus untuk terus menaikkan suku bunga dalam upaya menurukan angka inflasi.

Untuk diketahi inflasi Amerika Serikat pada Januari tumbuh 6,4% year-on-year (yoy). Angka tersebut berada di atas ekspektasi yakni 6,2% yoy dan berada jauh dari target The Fed yaitu 2% 

Hal ini membuyarkan harapan pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga akan segera berhenti pada pertemuan Juli atau dua kali pertemuan lagi.

"Awan gelap telah melayang di atas pasar saham dalam dua minggu terakhir berdasarkan watermark yang lebih tinggi untuk Fed funds rate," kata Jake Dollarhide, Chief Executive Officer Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

"Jumlah pekerjaan tidak semakin lemah, dan sulit untuk memasuki resesi dengan pasar tenaga kerja yang kuat pada saat yang sama. Itu berarti Fed dapat menekan tombol dan menaikkan suku bunga," kata Dollarhide.

Pasar keuangan Indonesia akan mendapatkan berbagai sentimen pekan ini baik dalam negeri maupun berasal dari luar.

Di awal pekan investor bisa mencermati kebijakan bank sentral China (PbOC) terkait suku bunga yakni loan prime rate 1 tahun dan 5 tahun. Kebijakan ini penting dicermati sebab menjadi sinyal bagaimana pemerintah China menjaga dan mendukung pemulihan ekonomi negaranya pasca dihantam Covid-19.

Akan rilis data-data ekonomi peting dari Negeri Paman Sam. Mulai dari PMI, data penjualan rumah, hingga risalah FOMC untuk menentukan arah kebijakan The Fed.

Perlu diketahui, Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali bahwa proses disinflasi telah dimulai, khususnya di sektor barang, dan bahwa Fed memiliki alat untuk menurunkan inflasi ke target 2%.

Ketika berbicara di Economic Club of Washington pada saat yang sama, ketika ditanya tentang laporan pekerjaan Januari yang kuat, komentar Powell tidak menunjukkan bahwa itu akan mengubah pendekatan bank sentral terhadap kenaikan suku bunga di masa depan.

Goldman Sachs dan Bank of America memperkirakan masih akan ada tiga kenaikan suku bunga lagi masing-masing naik 25 basis poin (bp).

Kemudian, Australia akan merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) negaranya. Data ini akan memberikan informasi situasi ekonomi negara tersebut di tengah ketidakpastian global saat ini. Jika angka lebih tingi daripada ekspektasi maka dianggap positif .

Pada hari berikutnya Australia juga akan merilis data PMI hingga risalah rapat hasil kebijakan moneter Australia. Risalah rapat RBA akan diamati dengan cermat untuk mengetahui perincian terkait keputusan terbaru suku bunga ke depannya.

Sementara dari dalam negeri hari ini akan ada pengumuman transaksi berjalan. Berdasarkan konsensus TradingEconomics, nilai transaksi berjalan Indonesia akan turhn menjadi US$3,5 miliar dari sebelumnya US$4,4 miliar pada kuartal IV 2022.

IHSG juga mungkin masih akan beraksi atas keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,50%.

Keputusan rapat dewan gubernur BI sesuai dengan ekspektasi pasar, berdasarkan survei CNBC Indonesia.

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral menahan suku bunga di level 5,75%. Dua institusi memperkirakan BI mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%.

Sebagai catatan, BI mulai menaikkan suku bunga acuan sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023. Secara total, kubu MH Thamrin sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 basis points (bps) menjadi 5.75%.

Berikut sejumlah agenda dan rilis ekonomi yang terjadwal untuk hari ini:

  • Loan Prime China 1 Tahun (8.15 WIB)
  • Loan Prime China 5 Tahun (8.15 WIB)
  • Transaksi Berjalan Indonesia (10.00 WIB)
  • Infrastructure Outlook 2023 oleh CNBC Indonesia (15.00 WIB)

Agenda Emiten:

  • Paparan Kinerja PT Jababeka Tbk (Pk 10.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY)

5,01%

Inflasi (Januari 2023 YoY)

5,28%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023)

5,75%

Defisit Anggaran (APBN Desember 2022)

-2,38% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q3-2022 YoY)

1,3% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q3-2022 YoY)

US$ 1,3 miliar

Cadangan Devisa (Januari 202)

US$ 139,4 miliar

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular