Market Commentary
Valuasi Kemahalan, Margin Tipis, WIRG ARB Dua Hari Beruntun!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten industri virtual reality (VR) dan augmanted reality (AR) yakni PT WIR Asia Tbk (WIRG) terpantau kembali ambles dan sentuh batas auto reject bawah (ARB) pada perdagangan sesi I Jumat (10/2/2023).
Per pukul 10:44 WIB, saham WIRG ambles 6,86% ke posisi Rp 163/saham dan sudah menyentuh ARB sejak pembukaan perdagangan sesi I hari ini.
Saham WIRG sudah ditransaksikan sebanyak 4.912 kali dengan volume sebesar 100,05 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 16,43 miliar.
Hingga pukul 10:44 WIB, ada 13.706 lot antrian jual di order offer pada harga Rp 164/saham. Namun di order bid atau beli, belum ada antrian yang tertera kembali, menandakan bahwa saham WIRG sudah menyentuh ARB.
Sebelum hari ini, saham WIRG juga sempat menyentuh ARB pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, di mana saham WIRG kemarin ditutup ambruk 6,92% di posisi Rp 175/saham.
Sejatinya, investor melakukan aksi profit taking di saham WIRG sejak perdagangan Rabu lalu, di mana saham WIRG sudah terkoreksi cukup parah sejak saat itu.
Fundamental WIRG yang dinilai terlalu mahal, margin profitabilitas yang kecil, serta prospek bisnis yang kerap sulit untuk melakukan penetrasi di tengah banyaknya pemain di industri yang sama, menjadi alasan saham WIRG makin merana.
Sejak IPO nya pada tahun 2022, kapitalisasi pasar WIRG telah jatuh delapan kali lipat dari Rp 16 triliun menjadi sekitar Rp 2 triliun.
Hal ini menunjukkan jatuhnya valuasi WIRG yang sebelum nya memiliki PER cukup tinggi kala itu saat IPO sebesar 138 kali, bahkan untuk saat ini WIRG yang masih dihargai mahal, dimana rasio harga terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba (PER) yaitu 45 kali.
Di lain sisi, pasar yang kembali khawatir dengan potensi inflasi di Amerika Serikat (AS) maupun global yang kembali meninggi dan turut membuat bank sentral AS dan negara maju kembali bersikap agresif menjadi alasan koreksinya kembali saham-saham teknologi di global dan dalam negeri, termasuk saham WIRG.
Saham-saham teknologi seperti WIRG akan kembali terdampak jika inflasi kembali naik dan pengetatan suku bunga bank sentral kembali terjadi.
Pasar cenderung masih banyak yang was-was menanti rilis data inflasi di AS pada Selasa pekan depan.
Sebab, jika inflasi kembali menanjak, ada risiko bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga. Hal ini juga diutarakan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.
Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga secara agresif, maka AS diprediksi akan mengalami resesi. Hal ini tentunya menjadi sentimen negatif bagi saham-saham teknologi di global dan dalam negeri, termasuk saham WIRG.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]