
Pantes Saham Penjual Imajinasi WIRG Longsor, Profitnya Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan yang bergerak pada industri Virtual Reality dan Augmanted Reality yaitu PT Wir Asia Tbk (WIRG), memiliki cukup banyak pesaing di industrinya. Lantas, saham WIRG yang dihargai terlalu mahal, margin profitabilitas yang kecil, serta prospek bisnis yang kerap sulit untuk melakukan penetrasi di tengah banyaknya pemain di industri yang sama, membawa saham harga WIRG jatuh tak karuan.
Sejak IPO nya pada tahun 2022, kapitalisasi pasar WIRG telah jatuh delapan kali lipat dari Rp 16 triliun menjadi Rp 2 triliun, hal ini menunjukkan jatuhnya valuasi WIRG yang sebelum nya memiliki PER cukup tinggi kala itu saat IPO sebesar 138 kali, bahkan untuk saat ini WIRG yang masih dihargai mahal, dimana rasio harga terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba (PER) yaitu 45 kali, dengan tingkat NPM hanya 2,9% masih sangat berisiko bagi investor koleksi.
Dari track record yang selama ini WIRG lalui, rasio GPM nya terus mengalami penurunan. Hingga saat ini, perseroan hanya memiliki GPM 10,97% berbanding jauh saat sebelum IPO nya yang memiliki rasio margin laba kotor mencapai 37,1% pada tahun 2018, GPM sendiri adalah salah satu indikator bagaimana investor bisa mengukur efisiensi biaya langsung produksi terhadap pendapatan perseroan. Semakin kecil tentunya semakin tidak baik, apalagi jika GPM terus berada pada tren penurunan.
Pergerakan fluktuatif GPM WIRG menunjukan bahwa WIRG belum memiliki moat atau keunggulan kompetitif. Terlebih, terus menurunnnya GPM mengindikasikan juga bahwa WIRG terus kesulitan untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan berkaitan dengan produknya.
Penurunan GPM WIRG juga diikuti oleh tingkat NPM yang sangat kecil dan fluktuatif juga, NPM mengukur rasio margin laba bersih yang didapat dibandingkan penjualan yang telah diperoleh, semakin kecil semakin tidak baik, apalagi jika turun nya signifikan.
Begitulah yang terjadi pada WIRG, NPM nya terus mengalami tren penurunan, mengindikasikan bahwa perseroan belum mampu mengendalikan beban operasi nya dengan lebih efektif. Fluktuasi NPM juga mencerminkan model bisnis perseroan yang belum optimal.
Lebih lanjut, WIRG melalui entitas anak merupakan penyedia jasa teknologi berbasis Augmented Reality, dengan menggabungkan teknologi Virtual Reality, Artificial Intelegence, Internet of Things, dan teknologi pendukung seperti Blockchain dan mechatronics, dalam menciptakan produk yang memungkinkan interaksi antara dunia virtual dan dunia nyata.
Meskipun target pasar WIRG sudah merambah internasional. Namun, secara langsung entitas anak perseroan harus menghadapi pemain di industri yang sama pada industri Virtual Reality dan Augmented Reality. Sebut saja, AR&Co yang merupakan anak perusahaan WIRG harus menghadapi pesaing kelas internasional nya yaitu Next/Now, Groove Jones dan Viron IT.
Kemudian, DAV yang juga salah satu entitas anak milik WIRG, pada segmen kios interaktif melalui teknologi augmented reality untuk media iklan terus menghadapai persaingan dalam negeri dengan Mcash dan Focus Media.
Banyaknya pesaing, model bisnis yang belum dapat mengoptimalkan pertumbuhan laba yang tercermin dari rasio profitabilitas yang kerdil, serta harga nya yang masih kemahalan merupakan beberapa alasan untuk investor melakukan sell off saham WIRG.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(mak/pap)