Market Commentary

Beruntung, 7 Saham Ini Bisa Tahan Koreksi IHSG

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
08 February 2023 12:29
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah tipis pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (8/2/2023), di mana terlihat IHSG cenderung volatil, tetapi juga cenderung mendatar.

Per pukul 11:30 WIB, IHSG turun tipis 0,07% ke posisi 6.930,37. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900 pada sesi I hari ini.

Setidaknya ada tujuh saham big cap yang menjadi penahan IHSG agar tidak terkoreksi parah pada perdagangan sesi I hari ini.

Berikut saham-saham yang membantu IHSG untuk menahan koreksinya.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Merdeka Copper GoldMDKA4,654.7303,50%
Telkom IndonesiaTLKM2,463.8200,53%
Kalbe FarmaKLBF1,992.2501,81%
Unilever IndonesiaUNVR1,714.9802,47%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT1,462.9701,02%
Bank Negara IndonesiaBBNI1,439.4500,80%
Indofood Sukses MakmurINDF1,406.8001,87%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham emiten pertambangan mineral yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (BMRI) menjadi penahan koreksi indeks terbesar pada sesi I hari ini, yakni mencapai 4,65 indeks poin.

Sedangkan di posisi kedua terdapat saham emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang juga mampu menahan koreksi indeks sebesar 2,46 indeks poin

Terakhir, ada saham konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang juga dapat menahan koreksi IHSG sebesar 1,4 indeks poin.

Pergerakan IHSG cenderung mendatar pada hari ini, meski ada kabar baik dari Amerika Serikat (AS), di mana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengindikasikan bahwa inflasi di AS sudah mencapai puncaknya.

Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell di Economic Club of Washington pada Selasa siang waktu setempat disambut positif oleh pelaku pasar. Kalimat-kalimat yang diucapkan Powell, membuat pelaku pasar sedikit lega, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.

Hampir sama dengan pernyataannya pasca pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, Powell menyebut proses disinflasi sudah dimulai.

Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di AS sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.

"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal," kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa waktu setempat.

Ketika inflasi mulai menurun, maka peluang suku bunga The Fed tidak lebih dari 5%, seusai prediksi dan keinginan pasar akan menjadi lebih besar. Hal ini juga bisa berdampak bagus ke negara lain, dan dunia tentunya.

Tetapi, Powell juga memberikan catatan suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diprediksi jika pasar tenaga kerja masih terus kuat atau inflasi yang kembali meninggi.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.

Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa pekan depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat. Meski demikian, untuk sementara pasar dibuat lega setelah Powell menyatakan inflasi sudah dalam proses menurun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation