CNBC Indonesia Research

Dunia Berebut Dolar AS, China Malah "Buang" Terus!

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 January 2023 10:40
foto ilustrasi dollar Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu kelangkaan dolar Amerika Serikat (AS) tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi dunia. Alhasil banyak negara yang berebut, tetapi di sisi lain China justru makin getol "membuang" dolar AS.

Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan dolar AS, yang dikatakan bisa menjadi senjata Amerika Serikat untuk menekan negara lain, sekaligus meningkatkan penggunaan yuan sebagai mata uang internasional.

Kelangkaan dolar AS dipicu oleh langkah bank sentralnya (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun lalu, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.

Langkah tersebut membuat aliran modal menuju Amerika Serikat, dolar AS pun kembali ke asalnya.

Tidak hanya itu, The Fed juga mengurangi nilai neracanya (balance sheet) dengan menjual obligasi (Treasury) yang dimiliki. Alhasil, dolar AS yang beredar banyak diserap, kelangkaan pun terjadi.

Kondisi ini diperparah dengan perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian, alhasil dolar AS yang dianggap sebagai aset aman (safe haven) menjadi buruan.

"Seluruh dunia ini berebutan dolar," ungkap Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (25/1/2023)

Guna menambah pasokan dolar AS di dalam negeri, pemerintah berencana menahan devisa hasil ekspor (DHE) selama 3 bulan di dalam negeri.

"Karena kita selama ini 31 bulan ekspornya positif terus kita harus mengelola gimana kebutuhan devisa asing itu tersedia di dalam negeri,"unggap Airlangga.

Berbagai cara dilakukan oleh banyak negara untuk menambah pasokan dolar AS, tetapi China justru sebaliknya.

Sepanjang tahun lalu Negeri Tiongkok terus menjual kepemilikan Treasury AS. Berdasarkan data dari Treasury International Capital (TIC) Kementerian Keuangan AS, pada November 2022, China menjual US$ 7,8 miliar Treasury yang dimiliki sehingga kini menjadi US$ 870 miliar. Nilai kepemilikan surat utang Amerika Serikat tersebut menjadi yang terendah sejak Juni 2010.

Penjualan tersebut dilakukan nyaris sepanjang tahun lalu, sebelum sebelumnya Treasury yang dijual sebesar US$ 24 miliar. Pada Juli 2022 lalu, untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir kepemilikan Treasury China turun ke bawah US$ 1 triliun.

Aksi jual tersebut dimulai sejak 2017, ketika adanya perang dagang melawan Amerika Serikat. Sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Eropa kepada Rusia yang memulai perang di Ukraina semakin menguatkan niat China untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Di saat yang sama pada akhir tahun lalu, China memborong emas. World Gold Council (WGC) pada Jumat (6/1/2023) melaporkan bank sentral China (PBoC) memborong emas sebanyak 32 ton pada November 2022.

Pembelian emas oleh PBoC adalah yang pertama kali sejak September 2019 atau lebih dari tiga tahun lalu.

Kemudian pada akhir pekan lalu, PBoC mengumumkan pembelian emas sebesar 30 ton pada Desember 2022. Dengan demikian, dalam dua bulan PBoC memborong 62 ton emas.

Langkah tersebut menunjukkan China mengurangi dolar AS dalam cadangan devisanya, dan menambah emas.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Fakta! Di Dunia Cuma 3 Mata Uang Yang Menguat Lawan Dolar AS


(pap/pap)
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading