
Tiga Hari Perkasa, Rupiah Kembali ke Level Rp15.500 per Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini rupiah perkasa dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah ketua bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menunjukkan tendensi adanya pemangkasan suku bunga tahun ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah berakhir di angka Rp15.585/US$ setelah menguat 0,42% secara harian pada Jumat (8/3/2024). Apresiasi ini menjadi yang ketiga hari beruntun dalam sepekan.
Sehingga, dalam seminggu rupiah berhasil menguat 0,7% dan menjadikan posisi saat ini yang terkuat sejak 15 Januari 2024.
Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi daya ungkit rupiah menguat cukup signifikan pada pekan ini diantaranya meningkatnya spekulasi the Fed akan memangkas suku bunga tahun ini, neraca dagang China surplus, hingga cadangan devisa RI yang memadai.
Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga AS Meningkat
Mata uang Garuda tercatat mengalami penguatan pasca Powell memberikan pernyataan yang memberikan sentimen positif bagi pasar.
Dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS, Ia memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini walaupun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.
Beberapa lembaga memproyeksikan pemangkasan pemangkasan suku bunga terjadi pada pertengahan tahun ini semakin meningkat.
Menurut Fedwatch Tool CME, saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 74% pada bulan Juni, dibandingkan sekitar 63% pada tanggal 29 Februari.
Semakin meningkatnya proyeksi pemangkasan suku bunga ini juga semakin diperkuat dengan adanya perbaikan dari pasar tenaga kerja yang mendingin.
Pada Kamis malam, Biro Ketenagakerjaan AS merilis data pekerjaan terbaru yang dapat menjadi perhitungan dalam memprediksi pemangkasan suku bunga The Fed.
Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS adalah 217 ribu pada pekan yang berakhir 2 Maret 2024, tidak berubah dari tingkat revisi minggu sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 215 ribu.
Level minggu sebelumnya direvisi naik 2K dari 215K menjadi 217K. Sementara itu, klaim pengangguran berkelanjutan naik sebesar 8 ribu menjadi 1906 ribu pada minggu sebelumnya, tertinggi sejak November, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 1889 ribu. Rata-rata pergerakan 4 minggu turun 750 menjadi 212,25 ribu
Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik karena dipandang menjadi 'pelicin' The Fed untuk menurunkan suku bunga segera.
Neraca Dagang China Lanjut Surplus, Ekspor - Impor Tumbuh Positif
Berikutnya, ada sentimen positif juga dari China terkait dengan surplus neraca dagang yang melonjak.
Sepanjang Januari - Februari 2024, neraca dagang sang Naga Asia ini tercatat surplus US$ 125,16 miliar.
Nilai tersebut melonjak signifikan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 103,8 miliar dan melampaui perkiraan pasar sebesar US$ 103,7 miliar.
Surplus neraca dagang China disinyalir karena ekspor meningkat lebih besar dibandingkan impor. Ekspor tumbuh sebesar 7,1%, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 1,9%, sementara impor naik 3,5%, dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 1,5%
Posisi China sebagai partner dagang RI terbesar, pertumbuhan baik dari sisi ekspor-impor tentu akan menguntungkan. Pasalnya, siklus perdagangan menjadi lebih lancar dan memberikan inflow ke RI.
Cadangan Devisa Tetap Memadai
Selanjutnya dari sisi domestik, rupiah menguat di tengah posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.
Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia, Kamis (7/3/2024) penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)