CNBC Indonesia Research

China Makin Getol Investasi di RI, Ada Apa Ini?

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 January 2023 13:25
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping di Hotel Apurva Kempinski Bali, pada Rabu, 16 November 2022. Dalam sambutannya, Kepala Negara menyampaikan apresiasi atas kehadiran Presiden Xi di KTT G20 Bali yang juga merupakan kunjungan luar negeri pertama setelah kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai.  (Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden) Foto: Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping di Hotel Apurva Kempinski Bali, pada Rabu, 16 November 2022. Dalam sambutannya, Kepala Negara menyampaikan apresiasi atas kehadiran Presiden Xi di KTT G20 Bali yang juga merupakan kunjungan luar negeri pertama setelah kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai. (Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi China ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, bahkan pada kuartal IV-2022 melewati Singapura yang secara historis selalu menjadi nomer satu. Besarnya investasi yang dilakukan di tengah isu pelambatan ekonomi China bahkan ada yang memprediksi dalam jangka panjang produk domestik bruto (PDB) China hanya akan tumbuh di kisaran 4% saja.

Perekonomian Indonesia sebenarnya juga mengalami pelambatan, tetapi masih lebih bagus ketimbang China dan sedang menikmati commodity boom.

Lantas apakah aksi China tersebut menjadi indikasi ekonomi Indonesia akan menyalip China?

Secara nominal tentunya sulit untuk melampaui China yang merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia.

Berdasarkan data dari Bank Dunia, nilai ekonomi China pada 2021 sebesar US$ 17,7 triliun, sementara Indonesia US$ 1,2 triliun. Perbedaan yang sangat mencolok. Namun, jika dilihat secara persentase pertumbuhan, Indonesia tentunya bisa melampaui China.

Pada 2022 misalnya, PDB China dilaporkan hanya tumbuh 3%, sementara Indonesia diperkirakan akan tumbuh di atas 5%.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berinvestasi di Indonesia tentunya bisa lebih menguntungkan.

Berdasarkan data dari Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi China ke Indonesia pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 45 triliun dengan kurs Rp 15.000/US$. Nilai tersebut lebih tinggi dari Singapura sebesar US$ 2,7 miliar.

Dibandingkan kuartal IV-2021 yang hanya US$ 900 juta, nilai investasi China melesat sekitar 230%.

Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Oktober - Desember 2022 sebesar Rp 175,2 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 139,6 triliun. Sehingga totalnya mencapai Rp 314,8 triliun.

Dari total nilai PMA kuartal IV-2022, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi yang paling banyak mendapat kucuran modal, senilai US$ 2,5 miliar. Di susul industri kimia dan farmasi sebesar US$ 1,8 miliar, dan pertambangan di urutan ketiga sebesar US$ 1,7 miliar.

Indonesia yang sedang memulai hilirisasi industri dikatakan menjadi daya tarik bagi China.

"Nampaknya China akan semakin berperan besar ke depan. Indonesia tengah fokus ke program hilirisasi dan mereka tertarik dengan program tersebut," tuturDirektur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia.

Namun, jika ditambah dengan PMDN, maka kucuran modal terbesar didapat oleh sektor pertambangan senilai Rp 39,8 triliun, baru disusul industri logam dasar Rp 39.4 triliun.

Maklum saja, harga komoditas sedang tinggi-tingginya, meski di tahun ini diperkirakan akan lebih rendah ketimbang 2022, tetapi harganya masih jauh lebih tinggi ketimbang sebelum pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Komposisi tersebut hampir sama jika melihat realisasi investasi sepanjang 2022. Dengan nilai mencapai Rp 1.207 triliun (naik 34% dari 2021), sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mendapat gelontoran modal sebesar Rp 171,2 triliun, menjadi yang terbesar disusul industri pertambangan sebesar Rp 136,4 triliun.

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]