Fundamental Pundit

China Buka Ekonomi, Harga Minyak Tinggi! ELSA Layak Beli?

Research - Susi Setiawati, CNBC Indonesia
24 January 2023 11:45
Elnusa Bagi Dividen Senilai Rp 69 M (CNBC Indonesia TV) Foto: Elnusa Bagi Dividen Senilai Rp 69 M (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) masih berada di kisaran US$ 81, sementara jenis Brent di US$ 88 pada perdagangan 23/01/2023. China mulai membuka kembali perekonomiannya dengan melonggarkan pembatasan Covid-19, hal ini disinyalir bakal meningkatkan permintaan minyak global tahun ini hingga mencapai rekor tertinggi.

Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (IEA) yang mengikuti ekspetasi OPEC, permintaan minyak dari China akan tumbuh 510 ribu barel per hari pada 2023.

Hal tersebut bisa menjadi berita baik bagi para perusahaan pemasok oil, salah satunya PT Elnusa Tbk (ELSA), pemain besar dan ternama di jasa hulu migas, bisa dibilang satu-satunya pemain di Indonesia. ELSA akan kecipratan keuntungan dari kenaikan aktivitas bisnis hulu migas. Cerita besar akan datang pada bisnis hulu migas yang akan merubah keadaan di depan yang akan membuat uang akan banyak masuk ke sektor ini. Sehingga saham ELSA menjadi salah satu yang layak diperhatikan. 

Melihat makro ekonomi yang mendukung kenaikan minyak mentah dunia, hal ini yang perlu diperhatikan untuk mencari dan menemukan saham yang memiliki prospek bagus dalam menemukan hidden bagger di saham cyclical.

Hal pertama yang membuat ELSA menarik dalam sektor komoditas minyak mentah ini adalah memiliki market cap yang besar serta kas yang besar. Perusahaan yang memiliki rich cash berarti aliran dana keluar masuk dalam bisnis ini cukup bagus serta bisa mengantisipasi keadaan apapun nantinya jika terjadi hal buruk.

Bisnis hilir ELSA menjadi salah satu kontribusi penjualannya sehingga pendapatan ELSA melambung tinggi. Jika melihat dari Net Profit Margin (NPM) kuartal III-2022 memang terbilang kecil dengan sekitar 3,7%. Namun turn around sedang ELSA persiapkan, terlihat dari kenaikan laba kuartal III2022 naik 570% periode yang sama tahun sebelumnya.

Berikut perbandingan ELSA dengan emiten sektor sejenis seperti MEDC hingga kuartal III-2022 :

Ratio

ELSA

MEDC

Harga Closing 20/01/2023

318

1300

BVPS

553

879

PER

5,99

4,01

DPR

14,03%

4,59%

NPM

3,39%

22,18%

ROE

9.59%

36,88%

ROA

4,47%

7,77%

CRR

148,21%

123,71%

DER

114,57%

360,99%

Secara nilai buku ELSA lebih murah dibandingkan MEDC, harga wajar ELSA di Rp 553 sedangkan harga closing per 20/01/2023 masih berada di harga Rp 318. Secara nilai wajar sektoral MEDC lebih murah dibandingkan ELSA dengan PER 4,01 dimana rata rata PER sektor komoditas oil berada di range PER 5.

Secara dividen, ELSA memberikan Dividend Payout Ratio lebih tinggi di 14,03% berarti kemampuan ELSA dalam membagikan keuntungan semakin tinggi kepada para investor, hal ini mencerminkan peningkatan laba pada ELSA.

Jika dipandang dari Net Profit Margin memang ELSA kurang unggul dibanding MEDC, rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

Terlihat selisih jauh antara ROE ELSA dengan MEDC. Standar ROE yang naik harus di atas 8,32%, yang berarti ELSA dan MEDC sudah memenuhi kategori standar ROE yang baik. Semakin tinggi ROE semakin baik, hal ini menandakan bahwa setiap 1 rupiah ekuitas pemegang saham, dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih perusahaan.

Selisih ROA ELSA dan MEDC tidak terlalu signifikan. Nilai standar ROA yang baik yaitu harus di atas nilai 5,98%. Terlihat ROA MEDC lebih baik dibandingkan ELSA. Semakin tinggi ROA, berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan.

Kedua Current Ratio ELSA dan MEDC berada di atas 100% yang berarti aktiva lancar bisa menutup semua hutang lancar. Sehingga, dapat dikatakan sehat apabila rasionya berada di atas 1 atau di atas 100%. Maksudnya yaitu aktiva lancar harus berada jauh di atas jumlah hutang lancar.

Jika dilihat dari hutang terhadap modal, DER keduanya berada diatas 100%. Nilai DER di bawah atau sama dengan 100% atau 1, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori sehat atau baik. Namun tidak bisa disamaratakan, perhatikan laporan keuangannya, dari mana sumber utangnya berasal, hutang bank, obligasi, atau utang usaha.

Apabila utangnya berasal dari utang bank atau obligasi, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori warning, tetapi jika utangnya berasal dari utang usaha, maka kondisi perusahaan tersebut baik-baik saja. Utang Usaha ELSA dominan pada utang usaha pihak ketiga dan pihak berelasi. Dimana utang pihak berelasi ELSA naik 118% pada Q3 2022 dibanding dengan Q4 2021.

Informasi tambahan, beberapa perusahaan big oil di luar negeri sedang mencari sumur-sumur baru termasuk sumur di Indonesia. Beberapa sumur baru telah ditawarkan ke big oil company, mereka juga berkomitmen untuk menggelontorkan investasi baru ke Indonesia. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai investasi hulu migas di tahun 2022 mencapai US$ 12,3 milyar yang setara dengan Rp 182 triliun, lebih tinggi dibandingkan investasi tahun 2021 yang sebesar US 10,9 milyar atau sebesar 113% dari target.

ELSA merupakan anak Perusahaan dari Pertamina hulu energi. Perseroan didirikan dengan nama PT Electronika Nusantara berdasarkan Akta Pendirian No. 18 tanggal 25 Januari 1969. Ada 3 bisnis yang dijalankan ELSA yaitu Oil & Gas Upstream Services, Energy Distribution & Logistic Services, dan Support Services. Lalu jika kita rinci lagi dari 3 bisnis ini dibagi menjadi sub-bisnis atau jasa yang mereka berikan :

Oil & Gas Upstream Services

Energy Distribution & Logistic Services

Support Services

Seismic Data Acquisition

Fuel Fleet Management

Fabrication

Seismic Data Processing

Fuel Storage Management

Marine Support

Geological, Geophysical & Reservoir

Gasoline Station & LPG Filing Station

Data Management

Well Drilling Services

Specialty & CommodityChemical Trading

OCTG Pipe Threading & Trading

Well Intervention Services

Engineering, Procurement & Construction

Operation & Maintenance

Kesimpulannya, ELSA cukup menarik dalam siklus komoditas minyak mentah.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]