
Hari ini, Ada Bukti RI Jadi "Surga Investasi"!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pekan lalu mencatatkan kinerja yang cemerlang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat sementara pasar Surat Berharga Negara (SBN) kembali diserbu investor.
Sejumlah sentimen positif menopang pasar keuangan domestik pekan lalu mulai dari surplus neraca perdagangan Desember 2022, perayaan Imlek, hingga sinyal kuat Bank Indonesia (BI) yang tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi.
Faktor penggerak pasar pada hari ini bisa dibaca pada halaman 4. Sebagai catatan, pasar keuangan Indonesia tutup pada Senin (23/1/2023) merayakan libur Hari Raya Tahun Baru China atau Imlek.
Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (20/1/2023), IHSG ditutup menguat 0,81% di posisi 6.874,93. Level tersebut adalah yang terkuat sejak 3 Januari 2023.
Dalam sepekan, IHSG menguat 3,51%. Penguatan tersebut mengakhiri kinerja buruk dalam dua pekan sebelumnya yang selalu terkoreksi.
IHSG juga hampir selalu ditutup di zona hijau, kecuali pada perdagangan Rabu (18/1) yang terkoreksi tipis 0,02% karena investor wait and see menunggu keputusan BI.
Pada pekan lalu, investor asing juga tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) setelah dalam dua pekan sebelumnya selalu membukukan net sell
Net buy tercatat Rp 310 miliar di semua pasar.
Kinclongnya kinerja IHSG juga sejalan dengan cerahnya bursa Asia. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, semua bursa saham Asia ditutup menguat.
Dua bursa saham masih dibuka kemarin, Senin (23/1/2023) yakni bursa saham Jepang dan Australia. Pada perdagangan Senin (23/1/2023), indeks Nikkei 225 Jepang ditutup di posisi 26.906 atau menguat 1,33%.
Sementara itu, ASX 200 Australia ditutup di posisi 7.457,30 atau menguat 0,07%.
Bursa saham Jepang ditopang oleh kebijakan bank sentral Jepang Bank of Japan (BOJ) yang akan menyuntik likuiditas bernilai triliunan yen ke pasar.
Dengan kebijakan tersebut, suku bunga pinjaman bisa terus ditekan di level yang rendah sehingga bisa menggerakkan ekonomi.
Di pasar uang, performa rupiah juga tidak kalah gemilang. Rupiah menguat 0,20% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/1/2023).
Pekan lalu, rupiah menguat 0,46%. Penguatan juga memperpanjang kinerja positif rupiah yang juga menguat pada pekan sebelumnya.
Rupiah juga sudah menguat 3,3% sepanjang tahun ini. Menguatnya mata uang Garuda tentu saja menjadi kabar positif setelah nilanya ambruk pada periode September hingga Desember 2022.
Sementara itu, SBN pemerintah semakin diburu investor, terutama asing. Hal ini ditandai dengan terus melandainya yield atau imbal hasil.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (20/1/2023), imbal hasil SBN tenor 10 tahun juga melandai ke kisaran 6,63% dari 6,68% pada hari sebelumnya. Level tersebut adalah yang terendah sejak 4 Maret 2022 atau 10 bulan terakhir.
Data BI berdasarkan transaksi 16-19 Januari 2023 mencatat ada net buy sebesar Rp 14,49 triliun di pasar SBN. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pekan sebelumnya (9-12 Januari 2023) yang tercatat Rp 12, 36 triliun.
Impresifnya kinerja pasar keuangan domestik pekan lalu. Di antaranya adalah data neraca perdagangan dan kebijakan moneter BI.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada 2022 menembus US$ 54,46 miliar, terbesar sepanjang sejarah.
Secara bulanan, surplus Desember 2022 tercatat US$ 3,89 miliar. Dengan tercatatnya surplus pada Desember 2022 maka neraca perdagangan Indonesia sudah membukukan surplus selama 32 bulan beruntun.
Sinyal BI yang tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi juga menjadi kabar gembira bagi pelaku pasar saham Indonesia.
Dengan mengendurnya kebijakan moneter maka pertumbuhan ekonomi diharapkan meningkat sehingga konsumsi masyarakat terjaga. Kondisi ini akan berdampak positif kepada pendapatan emiten.
Gubernur BI Perry Warjiyo, pekan lalu, mengatakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 225 bps sejak tahun lalu sudah memadai.
"Kenaikan 225 bps adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023," tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023).
Pelonggaran kebijakan Covid-19 di China serta melandainya inflasi AS juga membuat pelaku pasar global, termasuk Indonesia cerah.
Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 6,5% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022 dari 7,1% (yoy) pada November.
Melandainya iinflasi membuat pelaku pasar optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Beralih ke Amerika Serikat, tiga bursa utama mereka mengakhiri perdagangan di zona hijau. Ketiga indeks melanjutkan tren positif yang sudah berlangsung sejak akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones ditutup menguat 254,07 poin atau 0,76% ke 33.629,56. Indeks Nasdaq melesat 2,01% atau 223,98 poin ke 11.364,41 sementara indeks S&P 500 terapresiasi 47,2 poin atau 1,19% ke 4.019,81.
Indeks Dow Jones bahkan sempat menguat lebih dari 400 poin di awal perdagangan.
Saham-saham penopang menghijaunya Wall Street di antaranya adalah Tesla dan Apple. Kedua perusahaan raksasa tersebut melesat sejalan dengan optimisme perekonomian China.
Saham Tesla melesat 7,74% sementara Apple menguat 2,3%.
Bursa juga menghijau karena investor semakin optimis jika The Fed akan mulai mengendurkan kebijakan moneternya. Polling CME Group Data menunjukkan kemungkinan The fed menaikkan suku bunga 25 bps kini mengarah 100%.
Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bps sejak Maret 2022 menjadi 4,25-4,50%.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 bps pada periode Juni, Juli, September, dan Oktober 2022. Kenaikan suku bunga diturunkan sebesar 50 bps pada Desember 2022.
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Januari-1 Februari 2023.
"Investor saat ini sangat nyaman dan yakin jika kenaikan suku bunga akan lebih rendah. Saham tentu saja akan memiliki kinerja baik di kondisi seperti itu, terutama saham-saham besar yang menggerakkan pasar," tutur Peter Tuz, president of Chase Investment Counsel, dikutip dari Reuters.
Selain The Fed, faktor lain yang akan berdampak kepada pergerakan Wall Street pekan ini adalah rilis laporan keuangan perusahaan. Sekitar 40% perusahaan diperkirakan akan merilis laporan keuangan mereka pekan ini.
Di antara perusahaan besar yang akan mengumumkan laporan keuangan pada pekan ini adalah Microsoft, Tesla, Union Pacific Corp, Boeing, dan Northrop Grumman.
Sebanyak 57 perusahaan di indeks S&P sudah merilis laporan keuangan kuartal IV-2022. Sebanyak 63% dari mereka menunjukkan pencapaian di atas eksprektasi.
Analis memperkirakan pendapatan perusahaan di indeks S&P pada kuartal IV-2022 akan turun 3% dibandingkan periode sebelumnya.
Investor patut mencermati sejumlah sentimen yang menggerakkan pasar hari ini dan sepekan ke depan, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Fokus utama pelaku pasar pada pekan ini adalah data pertumbuhan ekonomi AS pada Kamis (26/1/2023).
Di hari yang sama, AS juga akan merilis data klaim pengangguran, data pengeluaran konsumen riil, data penjualan rumah baru, serta harga Personal Consumer Expenditure (PCE).
Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Januari-1 Februari 2023.
Dari dalam negeri, sentimen besar penggerak terbesar pekan ini salah satunya datang dari rilis laporan keuangan.
Pekan ini akan mengawali laporan keuangan kuartal IV-2022 sekaligus kinerja keseluruhan tahun emiten di Indonesia.
Bank-bank besar akan mengumumkan rilis laporan keuangan pada pekan ini. Di antaranya adalah PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Central Asia, PT Bank Mandiri, serta PT Bank Syariah Indonesia.
Dua pekan setelah itu ada PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Tabungan Negara, PT Unilever Indonesia, dan PT Gojek Tokopedia.
Rilis laporan keuangan tersebut menjadi penting untuk melihat seberapa besar kinerja perusahaan setelah "era normal" pasca pandemi Covid-19.
Selain musim rilis laporan keuangan, sejumlah sentimen penggerak pasar pada hari ini akan datang dari rilis ekonomi.
Hari ini, BI akan merilis data uang beredar untuk Desember 2022. Setelah pertumbuhannya melandai 9,5% (yoy) pada November, menarik dilihat bagaimana pergerakan uang beredar di masyarakat pada Desember 2022.
Secara historis, uang beredar di masyarakat pada Desember akan meningkat sejalan dengan menguatnya belanja masyarakat untuk Natal dan Tahun Baru.
Jika uang beredar tidak meningkat signifikan maka hal itu bisa menjadi sinyal ada perlambatan belanja masyarakat. Kondisi tersebut pada akhirnya bisa berdampak ke pertumbuhan ekonomi.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) hari ini akan mengumumkan realisasi investasi selama kuartal IV-2022 serta sepanjang 2022.
Menarik dicermati seberapa kencang pertumbuhan investasi pada kuartal terakhir pekan lalu. Juga, negara mana saja yang membukukan investasi tertinggi sepanjang 2022.
Pada rilis tersebut, BKPM juga akan merilis data mengenai sektor-sektor mana saja yang paling diminati investor, baik dari dalam ataupun luar negeri.
Sebagai catatan, realisasi investasi pada kuartal III-2022 tercatat Rp 307,8 triliun atau, tumbuh 42,1% (yoy). Realisasi investasi periode Januari-September 2022 sebesar Rp 892,4 triliun atau 74,4% dari target realisasi.
Berbarengan dengan rilis investasi, BKPM juga akan mengumumkan realisasi penyerapan tenaga kerja pada kuartal IV-2022 serta seluruh tahun 2022.
Dari luar negeri, data yang akan dirilis di antaranya adalah rilis S&P Global mengenai PMI Manufacturing Flash AS dan Inggris Raya.
Pidato Chairman ECB Christine Lagarde pada konferensi sore nanti juga bisa menjadi sentimen lain penggerak pasar hari ini. Menarik ditunggu pernyataan Lagarde mengenai potensi resesi di Eropa serta sinyal kebijakan moneter Benua Biru ke depan.
Survei yang dilakukan oleh Consensus Economics menunjukkan Eropa diperkirakan akan mampu mencatat pertumbuhan 0,1% pada tahun ini. Survei ini mematahkan proyeksi banyak pihak jika Eropa akan memasuki resesi pada tahun ini.
Anna Titareva, ekonom di USB sebagaimana dikutip Financial Times Minggu (22/1/2022) mengatakan saat ini risiko resesi Eropa kurang dari 30%, jauh lebih rendah dari proyeksi yang diberikan tahun lalu hingga 90%.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya IHSG memperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 6714 - 6921.
"Pola gerak IHSG dalam melalui pekan pendek ini bergerak cukup moderat dan masih cenderung mengalami penguatan terbatas," ujar William dalam analisnya.
Berikut beberapa data ekonomi penting yang akan dirilis hari ini:
* Pemerintah akan melakukan lelang sukuk reguler
* BI akan mengumumkan perkembangan uang beredar (M2) Desember 2022 (11:00 WIB)
* Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mengumumkan data realisasi investasi kuartal IV-2022 (15:00 WIB)
* Chairman bank sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde akan menyampaikan pidato dalam acara high-level conference "Croatia, the 20th member of the eurozone" (16:45 WIB).
* S&P Global akan mengumumkan data PMI Manufacturing Flash AS (21: 30 WIB)
Berikut agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
* Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Semen Baturaja/SMBR (14:00 WIB)
* BNI akan menggelar public expose full year 2022 (16: 30 WIB)
* Tanggal DPS HMETD PT Bavaria Prosperindo Trans Tbk
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q III-2022 YoY) | 5,72% |
Inflasi (Desember 2022) YoY) | 5,51% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023) | 5,75% |
Defisit Anggaran (per Desember APBN 2022) | (2,38% PDB) |
Surplus Transaksi Berjalan (Q III-2022) | 1,30% PDB |
Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q III-2022) | (US$ 1,3 miliar) |
Cadangan Devisa (Desember 2022) | US$ 137,2 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae) Next Article Perang Dagang Tinggal Tunggu Waktu, Sanggupkah IHSG-Rupiah Bertahan?