CNBC Indonesia Research

'Bocah Baru', BEER Kalahkan DLTA & MLBI Soal Ini!

Riset, CNBC Indonesia
19 January 2023 07:36
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini BEI kedatangan dua emiten minuman beralkohol yang baru saja listing. Salah satunya adalah PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk dengan kode BEER.

BEER melepas sebanyak 800 juta saham atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan lewat IPO.

Harga yang dipatok untuk setiap satu saham yang dilepas sebesar Rp 220, sehingga total dana yang berhasil diraup dalam IPO mencapai Rp 176 miliar.

Bagi penggemar minuman beralkohol, emiten BEER tentu sudah tidak asing lagi jika mengetahui nama produknya yang cukup populer.

BEER adalah produsen minuman beralkohol yang memproduksi Soju dengan kearifan lokal dengan merek Daebak Soju.

Selain Daebak Soju, BEER juga memproduksi minuman alcohol lain yang namanya cukup terkenal yaitu Cap Tikus.

Salah satu kompetitor BEER yang juga baru saja IPO adalah PT Hatten Bali Tbk (WINE) yang menjual produk minuman fermentasi anggur lokal Bali dengan nama Hatten.

Meskipun dari sisi nilai penjualan serta permodalan BEER lebih kecil size-nya dibandingkan dengan WINE, tetapi nilai kapitalisasi pasar BEER masih lebih besar.

Hingga 18 Januari 2023, market cap BEER mencapai Rp 1,17 triliun sementara untuk nilai kapitalisasi pasar WINE sebesar Rp 715 miliar.

Secara market cap, BEER boleh saja lebih besar dari WINE. Namun jika dibandingkan dengan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), market cap BEER masih kalah jauh.

Artinya secara nilai kapitalisasi pasar, dari 4 emiten minuman beralkohol yang sahamnya diperdagangkan oleh publik, BEER menduduki peringkat ketiga.

Belum genap satu bulan melantai di bursa, nilai kapitalisasi pasar BEER sudah naik 32,7% dari saat IPO. Kenaikan harga saham di awal-awal IPO memang merupakan fenomena yang umum terjadi.

Namun akibat apresiasi saham tersebut, valuasi BEER menjadi lebih mahal dari dua pesaingnya yang jauh lebih besar dan established yaitu MLBI dan DLTA.

Menggunakan metode valuasi multiples Price to Earnings Ratio (PER) dan Enterprise Value (EV)/EBITDA, valuasi BEER jauh lebih mahal ketimbang MLBI maupun DLTA.

Saham

Market Cap (Rp tn)

PER (X)

EV/EBITDA (X)

MLBI

18.91

23.30

17.86

DLTA

3.02

12.46

8.34

BEER

1.17

116.8

35.00

WINE

0.72

75.86

68.59

Tingginya valuasi BEER pasca IPO perlu menjadi catatan khusus bagi investor. Ini menjadi poin pertama yang perlu menjadi perhatian.

Hanya saja, jika dibandingkan dengan WINE, valuasi BEER yang relatif premium memiliki beberapa justifikasi dari sisi fundamental.

Ditinjau dari rasio profitabilitas dan likuiditas serta solvabilitas, BEER memang lebih unggul dibandingkan dengan WINE.

Sebagai contoh, untuk rasio marjin laba kotor (Gross Profit Margin/GPM) BEER secara historis terus meningkat.

Jika awalnya rasio GPM BEER dan WINE tidak jauh berbeda di 2019, tetapi rasio GPM BEER mengalami peningkatan yang jauh lebih signifikan dibandingkan dengan WINE hingga di paruh pertama tahun lalu, GPM BEER 1,31x lebih tinggi dibanding WINE.

GPM (%)

2019

2020

2021

2022

BEER

46.7%

45.6%

61.0%

64.9%

WINE

47.6%

40.3%

45.2%

49.4%

Tidak hanya dari sisi marjin laba kotor saja yang unggul, rasio marjin laba bersih BEER juga jauh lebih jumbo atau 4x lebih besar dari WINE. Hal ini disebabkan karena kinerja WINE yang lebih fluktuatif dan sempat membukukan rugi bersih beberapa kali.

NPM (%)

2019

2020

2021

2022

BEER

-7.2%

5.8%

29.2%

29.8%

WINE

13.5%

-10.6%

-10.6%

7.4%

Apabila menilik kesehatan neraca atau balance sheet perusahaan, BEER juga diunggulkan tercermin dari rasio liabilitas/ekuitas yang lebih rendah serta rasio lancar yang lebih tinggi.

Leverage Ratio (X)

2019

2020

2021

2022

BEER

0.38

0.39

2.19

0.77

WINE

0.81

0.94

1.15

1.38

Quick Ratio (X)

2019

2020

2021

2022

BEER

9.61

2.66

3.75

3.68

WINE

1.78

1.47

1.28

1.51

Dua faktor di atas baik dari sisi kemampuan mencetak laba serta kesehatan neraca dapat memberikan justifikasi bila BEER layak divaluasi secara premium ketimbang WINE.

Namun ingat, berinvestasi di saham-saham IPO memiliki risiko yang besar apabila di-hold terlalu panjang. Apalagi secara prinsip, saham BEER tidak masuk klasifikasi saham syariah untuk umat muslim karena bisnisnya bersentuhan langsung dengan minuman beralkohol yang dilarang dalam agama Islam.

Bagi seorang investor atau trader yang sudah membeli saham BEER sejak IPO, momentum kenaikan harga dapat dimanfaatkan untuk exit strategy.

Apalagi jika mengingat karakteristik saham minuman beralkohol yang cenderung tidak terlalu likuid ditransaksikan di pasar sekunder apabila berkaca pada kasus MLBI dan DLTA.

Pada kasus kedua saham di atas, meski nilai kapitalisasi pasarnya mencapai triliunan, akan tetapi nilai perdagangan hariannya hanya miliaran rupiah, bahkan MLBI dengan market cap terbesar nilai turnover hariannya hanya ratusan juta.

(trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation