CNBC Indonesia Outlook 2023

Nasib Sektor Properti di Era Suku Bunga Tinggi & Resesi Dunia

aaf, CNBC Indonesia
Senin, 02/01/2023 14:00 WIB
Foto: REUTERS/Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia- Kinerja sektor properti pada 2022 diwarnai dengan dinamika yang cukup beragam. Sektor properti berusaha bangkit setelah terbebani oleh pandemi Covid-19. Lantas, bagaimana prospek tahun ini?

Sayangnya, belum sepenuhnya bangkit, sektor properti kembali dihadapkan dengan sejumlah tantangan karena perang Rusia-Ukraina membuat pasokan komoditas dunia terhambat. Akibatnya, sejumlah harga komoditas dunia pun melonjak, sehingga badai inflasi pun tak terhindarkan.

Bank sentral dunia pun berlomba-lomba menaikkan suku bunga acuannya, tak terkecuali Bank Indonesia (BI).

Di sepanjang tahun 2022, bahkan BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin (bps). Suku Bunga BI dari semula bertahan pada level 3,5%, dalam kurun waktu lima bulan pada 2022 langsung naik ke level 5,5%.

Selain itu, adanya kenaikan bahan bakar minyak atau BBM juga meningkatkan biaya operasional pada sektor properti.

Di saat bersamaan, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) telah berakhir pada September 2022. Padahal, insentif tersebut dinilai sukses membantu menopang permintaan pada sektor properti.

Lantas, bagaimana kinerja keuangan emiten properti dan real estate tahun ini?

Kendati banyak didera sentimen negatif, kinerja emiten-emiten di sektor properti masih cukup baik. Mayoritas emiten sukses membukukan pendapatan dan laba bersih yang ciamik.

Selain itu, lonjakan harga beberapa komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, juga menjadi berkah pada sektor property karena berperan dalam meningkatkan upah para pekerja dan meningkatkan daya beli di sektor properti.

Mayoritas emiten properti ternama sukses membukukan pendapatan yang naik di kuartal III-2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tercatat mengalami penurunan pada laba bersih menjadi Rp 918,3 miliar di kuartal III-2022 atau turun 1,33% dari Rp 930,77 miliar.

Selain itu, PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatatkan peningkatan rugi bersih hingga akhir September 2022. Berdasarkan laporan keuangannya, beban pokok penjualan dan beban langsung naik menjadi Rp 1,16 triliun, sehingga menghasilkan laba kotor Rp 758,9 miliar atau naik 0,41% secara tahunan.

Bottom line DILD juga tertekan akibat kenaikan beban bunga menjadi Rp 306,19 miliar. Selain itu komponen pendanaan atas liabilitas kontrak naik menjadi Rp 311,52 miliar.

Akibatnya, rugi bersih DILD meningkat menjadi Rp 91,2 miliar. Namun, DILD masih dapat membukukan kenaikan pada total aset 2,43% menjadi Rp 16,86 triliun.

Emiten

Pendapatan (Rp miliar)

% perubahan

Laba Bersih/Rugi (Rp miliar)

% perubahan

Kuartal III-2022

Kuartal III-2021

Kuartal III-2022

Kuartal III-2021

PWON

4490

3780

18,78%

1380

800

72,80%

BSDE

7140

5160

38,37%

918,3

931

-1,33%

CTRA

7220

6640

8,69%

1520

1010

50,50%

SMRA

4210

3780

11,13%

309,67

170,440

81,69%

DILD

1920

1820

5,21%

-91,2

-77,230

-0,41%

Sayangnya, kinerja yang baik pada laporan keuangannya belum sejalan dengan performa saham emitennya tahun ini. Mayoritas saham emiten properti masih tertekan di sepanjang tahun 2022. Hanya DILD yang sukses membukukan kenaikan 9,62% di sepanjang tahun 2022.

Saham

1D

1W

1M

3M

YTD

PWON

0.88%

4.11%

-4.6%

0.88%

-1.72%

BSDE

-1.08%

1.1%

-0.54%

1.66%

-8.91%

CTRA

-0.53%

1.08%

-6.93%

-1.05%

-3.09%

SMRA

-0.82%

0.00%

-4.72%

1.68%

-27.54%

DILD

1.79%

3.01%

-2.29%

-1,72%

9.62%

Lantas, bagaimana outlook sektor properti di tahun 'Kelinci Air'? Simak di halaman selanjutnya>>>>


(aaf/aaf)
Pages