Newsletter

Tak Ada Keajaiban di Pasar Keuangan, Asing Bawa Kabur Rp 18 T

Putra, CNBC Indonesia
29 December 2022 05:56
IHSG
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gairah perdagangan benar-benar menyusut jelang akhir tahun. Harga aset keuangan domestik pun ditutup melemah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Rabu (28/12/2022) dengan koreksi tajam hingga 1,05%. Alhasil IHSG terlempar dari level psikologis 6.900 dan ditutup di 6.850,5 kemarin.

Mayoritas saham mengalami pelemahan sehingga berimbas ke indeks. Statistik perdagangan mencatat ada 364 saham yang mengalami koreksi, 162 saham menguat dan 181 saham stagnan.

Perdagangan juga berlangsung sepi di H-3 jelang tutup tahun. Nilai transaksi yang tercatat hanya Rp 8,94 triliun.

Penurunan yang tajam dari IHSG, salah satunya dipicu oleh aksi jual asing yang terus berlanjut. Kemarin asing net sell Rp 488 miliar di pasar reguler.

Setelah menguat dua hari beruntun, IHSG berbalik arah. Bahkan kinerja indeks harian menjadi yang terburuk di kawasan Asia Tenggara.

Pelemahan yang dialami oleh IHSG hingga lebih dari 1% nyatanya jauh lebih buruk dari koreksi indeks KLCI Malaysia yang hanya 0,41%.

Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) masih tampak stabil. Untuk yield SBN 10 tahun mengalami kenaikan tipis 1 basis poin (bps) menjadi 6,92%.

Yield yang tidak banyak berubah menyiratkan bahwa harga obligasi cenderung stabil. Yield dan harga memiliki fungsi yang berbanding terbalik.

Ketika yield naik, maka harga aset keuangan berupa instrument pendapatan tetap mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya.

Senasib dengan saham, nilai tukar rupiah juga ikut melemah di pasar spot. Rupiah terdepresiasi 0,26% terhadap dolar AS dan ditutup di Rp 15.700/US$ kemarin.

Sepinya transaksi dan pergerakan harga aset yang lesu merespons ramalan BRIN maupun BMKG soal cuaca ekstrem yang melanda kawasan Jakarta di penghujung tahun. Hujan dan angin yang diramal turun dan meliputi wilayah Jakarta kemarin.

Investor saham di Wall Street tampak mulai merelakan kinerja saham yang buruk di sepanjang tahun 2022 dan lebih fokus pada 2023.

Indeks saham acuan AS longsor saat perdagangan Rabu (28/12/2022) pada pertengahan perdagangan. Pada Jam 12:00 waktu setempat Dow Jones Industrial Average berkurang 220 poin, atau 0,66%. S&P 500 terkoreksi 0,79% dan Nasdaq Composite longsor parah 1,1%.

Investor akan mencari sinyal tentang perkembangan ekonomi dari data manufaktur versi Richmond Federal Reserve dan penjualan rumah yang tertunda pada Rabu pagi.

Pelaku pasar akan mencari angka yang dapat menandakan ekonomi sedang mendingin, yang mereka harap dapat menunjukkan kepada Fed bahwa kenaikan suku bunga dapat terus diperlambat.

Selasa memulai minggu terakhir tahun ini. Dow naik 37,63 poin, atau 0,11%, ditutup pada 33.241,56 sedangkan S&P 500 turun 0,40%.

Nasdaq composite turun hampir 1,4%, didorong oleh penurunan 11% saham Tesla setelah The Wall Street Journal melaporkan bahwa pembuat kendaraan listrik akan melanjutkan jeda produksi selama seminggu di fasilitas Shanghai.

Saham Tesla memang terus melemah sepanjang tahun ini. Bahkan nilai kapitalisasi pasarnya susut 69% karena Elon Musk sang bos yang terlalu fokus terhadap akuisisi twitter.

"Setahun yang lalu, Musk adalah seorang pahlawan dan terjadi panic buying," kata Eric Jackson, pendiri EMJ Capital, pada "Closing Bell: Overtime." "Saat ini investor malah sedang panik menjual."

Dengan tiga hari perdagangan tersisa pada tahun 2022, pasar saham sudah bisa dipastikan bakal mencatatkan kinerja tahunan terburuk sejak 2008.

Indeks Nasdaq Composite yang menjadi cerminan saham-saham teknologi telah mencatatkan kinerja terburuk dari tiga indeks dengan kehilangan 33,8% nilai pasarnya tahun ini.

Hal tersebut terjadi karena investor cenderung melepas saham-saham growth di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi.

Sementara itu indeks Dow Jones dan S&P 500 berada juga mencatatkan kinerja buruk dengan pelemahan masing-masing 8,5% dan 19,7% di tahun ini.

Meski ada kenaikan indeks saham pada 15 menit setelah lonceng pembukaan berbunyi, tetap saja apresiasinya tak bisa membalikkan nasib Wall Street yang terpuruk di tahun 2022.

Sampai dengan H-2 penutupan perdagangan akhir tahun 2022, belum ada katalis positif yang mampu menggerakkan pasar.

Sentimen cenderung sepi mengingat momentum akhir tahun pelaku pasar lebih fokus pada libur. Transaksi di pasar saham juga sepi.

Sejak awal pekan dimulai, nilai turnover saham di BEI konsisten berada di bawah Rp 10 triliun. Memang ada kenaikan. Namun kenaikannya sangat tipis.

Di awal pekan, transaksi hanya mencapai Rp 6,4 triliun. Maklum momentumnya adalah pasca libur Hari Raya Natal.

Sehari setelahnya nilai transaksi naik Rp 2,1 triliun menjadi Rp 8,5 triliun. Namun per kemarin, nilai transaksi hanya naik Rp 400 miliar menjadi Rp 8,9 triliun.

Lagi-lagi data tersebut semakin mengkonfirmasi mood untuk trading yang sudah turun drastis. Investor asing juga terus menerus cash out.

Dalam sepekan terakhir investor asing net sell Rp 1,22 triliun. Namun aksi investor asing yang melepas saham-saham domestik sudah terjadi sejak sebulan terakhir.

Data perdagangan mencatat ada aliran modal keluar dari pasar ekuitas Tanah Air sebesar Rp 17,9 triliun dari pasar reguler.

Kinerja IHSG yang ciamik sepanjang tahun 2022 dimanfaatkan oleh asing untuk merealisasikan cuannya dan memilih untuk wait and see menanti tahun baru 2023 yang diramal memiliki outlook yang suram.

Sejak terkoreksi di pekan pertama Desember dan meski terombang-ambing, IHSG sejatinya membentuk pola uptrend.

Posisi penutupan terendah IHSG ada di 6.715,12 pada 9 Desember lalu. Artinya dalam kurun waktu 2 pekan IHSG sudah mencatatkan apresiasi sebesar 2,02%.

Namun untuk mencapai level psikologis di 7.000, tampak masih sulit. Apalagi untuk mencapai dan melampaui posisi IHSG di akhir November di 7.081, rasanya semakin sulit.

Hingga akhir tahun kemungkinannya IHSG akan bergerak di rentang 6.800-6.900 sedangkan yield SBN di 6,9-7,0% sementara rupiah di Rp 15.600-15.700/US$.  

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data Penjualan Ritel Korea Selatan bulan November (06:00 WIB)
  • Rilis data Produksi Industri Korea Selatan bulan November (06:00 WIB)
  • Rilis data Harga Perdagangan Internasional Singapura bulan November (12:00 WIB)
  • Rilis data Indeks Harga Produsen Singapura bulan November (12:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY)

5,44 %

Inflasi (November 2022, YoY)

5,42%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022)

5,50%

Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022)

-3,92% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q3-2022)

1,2% PDB

Cadangan Devisa (September 2022)

US$ 134 miliar

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Investor Berdebar Menanti Rapat The Fed, IHSG Rawan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular