
Amerika Resesi - China Nyungsep! 2023 Bakal Penuh Gejolak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar keuangan Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah ambruk sementara Surat Berharga Negara (SBN) dilepas investor. Hal yang sama berisiko terjadi lagi pada perdagangan Kamis (8/12/2022), sebab proyeksi ekonomi di 2023 masih suram. Bahkan salah satu bank investasi ternama menyebut tahun depan dunia menghadapi ketidakpastian dan periode bergejolak.
Pendapat tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4.
Sementara itu ambruknya saham-saham berkapitalisasi besar, melandainya bursa Wall Street, serta meningkatnya kekhawatiran resesi membuat pasar keuangan Tanah Air suram. Pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (7/12/2022), IHSG ditutup melemah 73.82 poin atau 1,07% ke posisi 6.818,75. Dengan demikian, IHSG sudah mengakhiri perdagangan di zona merah dalam lima hari perdagangan terakhir.
Sebanyak 147 saham menguat, 398 saham melemah sementara 164 bergerak stagnan. Nilai perdagangan mencapai Rp 16,1 triliun dengan melibatkan 26,8 miliar saham. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,68 triliun, lebih besar dibandingkan pada hari sebelumnya yang tercatat Rp 1,34 triliun.
Saham emiten sektor teknologi, finansial, barang pokok serta barang konsumen primer menjadi penyebab utama pelemahan IHSG hari ini.
Saham emiten teknologi turun 1,59%. Di antaranya adalah saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang turun 6,96% dan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang melemah 2,24%.
Dari sektor finansial-perbankan, tercatat mayoritas saham bank BUKU 4 mengalami kemunduran. Saham PT Bank Mandiri Persero (BMRI) ambruk 4,82%, PT Bank Central Indonesia Tbk (BBCA) anjlok 2,59%. PT Bank Rakyat Indonesia Persero (BBRI) melandai 2,06% serta PT Bank Negara Indonesia Persero (BBNI) turun 0,2%.
Pelemahan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa Bursa Asia-Pasifik. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 3,22% ke posisi 18.814,82, ASX 200 Australia terkoreksi 0,85% ke 7.229,4, dan Straits Times Singapura melemah 0,83% menjadi 3.225,45.
Indeks Nikkei 225 Jepang juga melemah 0,72% ke 27.686,4, Shanghai Composite China terkoreksi 0,4% ke 3.199,62, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,43% menjadi 2.382,81.
Nilai tukar rupiah juga masih terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda rupiah ditutup di posisi Rp 15.635/US$, melemah 0,13% di pasar spot. Dengan demikian, rupiah sudah melemah selama tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah ini tetap terjadi meskipun ada faktor sentimen positif dari cadangan devisa (Cadev). Bank Indonesia mengumumkan Cadev per akhir November mencapai US$134,0 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2022 sebesar US$ 130,2miliar.
Dari pasar SBN, obligasi pemerintah juga masih dilepas investor sehingga yield meningkat. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 20 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya hari ini, yakni melesat 7,7 bp ke posisi 7,144%.
Sementara untuk SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling kecil kenaikan yield-nya hari ini, yakni naik 1,1 bp menjadi 7,01%. Level ini adalah yang tertinggi sejak 23 November 2022.
Beralih ke bursa Amerika Serikat (AS), dua bursa utama mereka kembali mengakhiri perdagangan di zona merah. Indeks Dow Jones ditutup pada posisi 33.597,92. Posisi itu nyaris tidak bergerak dan hanya menguat tipis 1,58 poin dari penutupan hari sebelumnya.
Sementara itu, indeks Nasdaq melandai 0,51% atau 56,34 poin ke 10.958,55 sementara indeks S&P 500 melemah 7,34 poin atau 0,19% ke 3.933,92. Artinya, indeks S&P bahkan sudah mengakhiri lima perdagangan di zona merah.
Mayoritas indeks kembali melemah di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi di AS serta global. Masih kencangnya data PMI sektor jasa dan non-farm payroll membuat pelaku pasar AS pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Dengan data PMI sektor jasa dan non-farm payroll yang masih kencang maka inflasi diperkirakan masih tinggi ke depan sehingga harapan The Fed diproyeksi masih akan memperpanjang kebijakan moneter ketatnya. Kondisi ini dikhawatirkan membawa AS ke jurang resesi.
Namun, data dari permintaan kredit rumah menunjukkan permintaan yang semakin turun. Data Mortgage Bankers Association menunjukkan permohonan kredit rumah turun 1,8% pada pekan lalu dibandingkan pekan sebelumnya. Penurunan ini menjadi sinyal jika kebijakan agresif The Fed sudah mulai membuat ekonomi AS melambat.
Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga acuan sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,0% pada tahun ini.
Portfolio manager Kingsview Asset Management, Paul Nolte, mengatakan bursa Wall Street goyah karena investor harus menyesuaikan proyeksi pendapatan perusahaan dengan memasukkan faktor resesi.
"Sebelumnya mereka tidak mempertimbangkan resesi pada 2023. Akan ada penyesuaian proyeksi earning untuk 12 bulan ke depan dan ini membuat pasar tertekan," tutur Nolte, kepada CNBC International.
Pelaku pasar kini menunggu data inflasi yang akan keluar pada Selasa pekan depan (13/12/2022) atau sehari sebelum The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
"Jelas sekali terlihat perlambatan ekonomi. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Kami memperkirakan ekonomi memang akan melemah pada tahun ini," tutur CEo Wells Fargo CEO, Charlie Scharf, dikutip dari CNBC International.
Scharf memperkirakan AS akan terseret ke jurang resesi pada 2023. CEO Bank of America Brian Moynihan memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.
Pada perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ambruknya kinerja bursa saham AS serta meningkatnya kekhawatiran resesi diproyeksi akan mempengaruhi pergerakan bursa hari ini. Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan mengumumkan Laporan Survei Konsumen November 2022.
Masih suramnya bursa Amerika Serikat dikhawatirkan akan menjadi sentimen negatif kepada pasar keuangan saham dalam negeri. Aksi jual atau net sell oleh investor asing dalam jumlah besar bisa kembali terulang pada hari ini. Dalam dua hari terakhir, net sell di seluruh pasar selalu di atas Rp 1 triliun.
Ancaman resesi juga diperkirakan masih akan membebani pergerakan IHSG hari ini. Sejumlah lembaga multinational terus mengingatkan ancaman resesi ke depan akibat dari agresifnya kebijakan suku bunga di tingkat global.
CEO Bank of America Brian Moynihan memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.
Sebelumnya, CEO Goldman Sachs David Solomon juga mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Goldman memperkirakan jika ekonomi global akan melambat ke 1,9% pada 2023. Proyeksi ini jauh di bawah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yakni 2,7%.
Sinyal perlambatan global semakin nyata dilihat dari data perdagangan China. Surplus perdagangan China mencapai US$ 69,84 miliar pada November 2022, terendah sejak April 2022.
Ekspor China melandai 8,7% (year on year/yoy) sementara impor mereka anjlok 10,6% (yoy) pada November 2022.
Aktivitas perdagangan China yang melemah menjadi salah satu sinyal dari perlambatan ekonomi global mengingat China adalah produsen barang terbesar di dunia serta eksportir terbesar kedua di dunia setelah AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menegaskan Indonesia harus mewaspadai hal tersebut.
"Hati-hati (ekspor) tahun depan bisa turun, karena problem di Tiongkok yang belum selesai," ujar Jokowi saat berpidato di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain yang memiliki tingkat ekspor tinggi ke China, seperti Singapura, Malaysia, Australia dan lainnya juga akan terkena imbas negatifnya. Bahkan dunia juga kena, apalagi pertumbuhan ekonomi China diperkirakan tidak akan tinggi lagi dalam beberapa tahun ke depan. Oxford Economics memprediksi pada dekade ini rata-rata PDB China sebesar 4,5% saja.
Hari ini, Amerika Serikat akan mengumumkan data initial jobless claims untuk pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022. Data tersebut diharapkan bisa memberi gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan data tenaga kerja serta ekonomi di Negara Paman Sam.
Tradingeconomics memperkirakan akan ada 250.000 permohonan klaim tunjangan pengangguran. Pada pekan sebelumnya yang berakhir pada 26 November, ada tambahan klaim sebanyak 225.0000.
Pada situasi saat ini, berita baik pada data ekonomi AS akan menjadi berita buruk karena mencerminkan bahwa pasar tenaga masih ketat, sehingga meningkatkan potensi Fed untuk kembali agresif untuk meredam inflasi.
Pasar tenaga kerja yang ketat karena angka lowongan kerja lebih banyak dari angka pengangguran akan membuat para pelaku bisnis untuk menaikkan upah guna mendapatkan calon karyawan yang potensial. Sehingga, masyarakat akan tetap konsumtif, di tengah angka inflasi yang tinggi.
Masih dari luar negeri, semakin besarnya pelonggaran mobilitas di China diharapkan mampu membangkitkna optimisme pelaku pasar. China adalah negara perekonomian terbesar kedua di dunia sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan pasar global dan Tanah Air.
China telah mengumumkan pelonggaran pembatasan Covid secara nasional pada Rabu (7/12/2022). Salah satunya adalah dengan mengurangi frekuensi dan ruang lingkup pengujian PCR.
Penguncian (lockdown) juga akan diperkecil dan orang dengan kasus Covid yang tidak parah dapat diisolasi di rumah alih-alih fasilitas pemerintah terpusat. Aturan baru juga membatalkan karantina paksa untuk orang tanpa gejala atau dengan kasus ringan.
Dari dalam negeri, pergerakan saham emiten teknologi masih perlu dicermati mengingat sektor tersebut ambruk dalam sepekan terakhir. Termasuk didalamnya adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO),
Hari ini, GOTO akan menggelar public expose insidental yang diharapkan bisa menjadi pegangan investor mengenai masa depan saham tersebut. Saham GOTO sudah ambruk selama 13 hari dengan total pelemahan menyentuh 51,8%.
Bank Indonesia hari ini akan mengumumkan Laporan Survei Konsumen November 2022. Pada Oktober 2022, Indeks Kepercayaan Konsumen berada di angka 120,3 atau lebih tinggi dibandingkan September yang tercatat 117,2.
Dengan inflasi yang melandai, indeks kepercayaan konsumen diharapkan terus meningkat. Hal ini akan berdampak positif kepada laju konsumsi dalam negeri.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya memperkirakan tekanan kepada IHSG masih besar pada hari ini. IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 6721-7027.
Rilis data ekonomi
Jepang akan mengumumkan rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 (pukul 06: 50 WIB)
Bank Indonesia akan mengeluarkan rilis Laporan Survei Konsumen November 2022 (Pukul 10:00 WIB)
Amerika Serikat akan mengumumkan data initial jobless claims untuk pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022 (pukul 20:30 WIB)
Agenda korporasi
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) pukul 10:00 WIB
Public Expose Insidental PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (pukul 13:45 WIB)
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM)
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Prima Globalindo Logistik Tbk (PPGL)
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO)
Tanggal ex Dividen Tunai PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT)
Tanggal Cum HMETD PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI)
Tanggal Cum HMETD PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO)
Tanggal Cum HMETD PT Bank Ganesha (BGTG)
Tanggal Cum HMETD PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q III-2022 YoY) | 5,72% |
Inflasi (November 2022 YoY) | 5,42% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (November 2022) | 5,25% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2022) | (3,92% PDB) |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q III-2022) | 1,3% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q II-2022) | (US$ 1,3 miliar) |
Cadangan Devisa (November 2022) | US$ 134 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae) Next Article Melawan Sejarah, IHSG Ambruk Pasca Lebaran