Market Commentary

IHSG Ambles, Saham Big Cap 'Jumbo' Ambrol, Kecuali BYAN

Research - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 December 2022 11:28
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) lebih dari Rp 100 triliun terpantau ambles lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Selasa (6/12/2022).

Berikut saham-saham big cap yang ambles pada hari ini.

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harga (%)
GoTo Gojek TokopediaGOTO115-6,50%
Telkom IndonesiaTLKM3630-5,47%
Bank Negara IndonesiaBBNI9550-2,05%
Bank Central AsiaBBCA8625-1,71%
Astra InternationalASII5925-1,66%
Bank Rakyat IndonesiaBBRI4820-1,43%
Unilever IndonesiaUNVR4700-0,84%
Bank MandiriBMRI108750,00%
Chandra Asri PetrochemicalTPIA23300,00%
Bayan ResourcesBYAN147258,47%

Saham emiten teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau sudah ambles 6,5% ke posisi harga Rp 115/unit dan sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB) sejak pembukaan perdagangan hari ini.

Sedangkan di posisi kedua ada saham emiten telekomunikasi BUMN, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang ambles 5,47% ke posisi Rp 3.630/unit.

Tak hanya itu saja, tiga bank big cap yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga terpantau ambles.

Saham BBNI ambrol 2,05% ke Rp 9.550/unit. Sedangkan saham BBCA ambles 1,71% ke 8.625/unit dan saham BBRI merosot 1,43% menjadi Rp 4.820/unit.

Hanya saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang terpantau melesat pada hari ini, yakni melejit 8,47% ke posisi Rp 14.725/unit.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih bagus.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purcashing managers' index (PMI) jasa AS pada November naik menjadi 56,5 dari bulan sebelumnya 54,4, mematahkan ekspektasi penurunan menjadi 53,3.

Sektor jasa berkotribusi sekitar sepertiga dari total perekonomian AS, sehingga ekspansi yang meningkat menjadi indikasi kuatnya perekonomian, dan inflasi kemungkinan sulit untuk turun.

Hal ini membuat pasar kembali memperhitungkan The Fed akan bertindak agresif lagi bulan ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

Padahal sebelumnya pasar melihat suku bunga bulan ini akan dinaikkan 50 basis poin, dan ketua The Fed, Jerome Powell juga mengindikasikan hal tersebut bisa dilakukan bulan ini.

Bursa saham AS (Wall Street) merosot merespon data tersebut, dan menjalar ke Asia, termasuk IHSG.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

[Gambas:Video CNBC]