Raksasa Perbankan & Teknologi Rontok, IHSG Jadi Jeblok 1%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 December 2022 10:00
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok lebih dari 1% ke 6.911,833 di awal perdagangan Selasa (6/11/2022), ke level terendah dalam 7 pekan terakhir. Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat saham-saham big cap dari perbankan dan teknologi rontok, yang membuat IHSG jeblok.

Melansir data Refinitiv, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) merosot nyaris 2% ke Rp 8.600/saham.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) minus 1,4%, kemudian PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang kemarin menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.000/saham juga turun 1,4% ke Rp 10.725/saham.

Sementara itu dari sektor teknologi, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) kembali mengalami auto reject bawah (ARB) setelah ambrol 6,5% ke Rp 115/saham. GOTO dalam beberapa hari terakhir terus mengalami ARB, dan harga sahamnya mencetak rekor terendah berturut-turut.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah rilis data ekonomi AS yang masih bagus.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purcashing managers' index (PMI) jasa AS pada November naik menjadi 56,5 dari bulan sebelumnya 54,4, mematahkan ekspektasi penurunan menjadi 53,3.

Sektor jasa berkotribusi sekitar sepertiga dari total perekonomian AS, sehingga ekspansi yang meningkat menjadi indikasi kuatnya perekonomian, dan inflasi kemungkinan susah turun.

"Data ISM sektor jasa menggarisbawahi perekonomian AS masih menunjukkan kekuatan, meski kondisi finansial sudah ketat. Ini menjadi kabar baik bagi outlook pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak bagus bagi The Fed yang berusaha meredam demand dan menurunkan inflasi," kata Priscilla Thiagamoorthy, ekonom di BMO Capital Markets, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (5/12/2022).

Hal ini membuat pasar kembali memperhitungkan The Fed akan bertindak agresif lagi bulan ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Padahal sebelumnya pasar melihat suku bunga bulan ini akan dinaikkan 50 basis poin, dan ketua The Fed, Jerome Powell juga mengindikasikan hal tersebut bisa dilakukan bulan ini.

Bursa saham AS (Wall Street) merosot merespon data tersebut, dan menjalar ke Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deretan Saham Ini Diborong Asing Sepanjang Pekan Lalu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular