Newsletter

Dear BI, Ekonomi Global Makin Suram! Rupiah Tolong Diamankan

Research - Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
30 November 2022 05:58
Gedung BI Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (29/11/2022), tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah yang kompak melemah, serta, pasar obligasi masih bergerak variatif.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG kembali ditutup di zona merah, terkoreksi tipis 0,08% ke posisi 7.012,07.

Meski IHSG melemah, asing masih net buy senilai Rp 777,21 miliar di seluruh pasar. Nilai transaksi indeks kemarin juga mencapai sekitar Rp 15 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 238 saham menguat, 274 saham melemah dan 191 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada perdagangan hari ini, yakni mencapai Rp 802,9 miliar.

Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 734,8 miliar dan saham PT Astra International Tbk (ASII) di posisi ketiga sebesar Rp 701,1 miliar.

IHSG terbebani oleh empat indeks sektoral, yakni sektor teknologi yang terjun bebas 2,8%, sektor keuangan tertekan 0,19%, serta sektor transportasi dan infrakstrutur yang melemah masing-masing sebesar 0,15% dan 0,01%.

Dibalik tertekannya kinerja saham Tanah Air. Sebaliknya, Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni meroket 5,24% ke posisi 18.204,68. Sedangkan Shanghai Composite China juga ditutup bergairah yakni melejit 2,31% menjadi 3.149,75.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura melonjak 1,12% ke posisi 3.276,36, ASX 200 Australia menguat 0,33% ke 7.253,3, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,04% menjadi 2.433,39.

Sedangkan, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,48% ke posisi 28.027,84.

Hal serupa terjadi pada nilai tukar rupiah yang juga berakhir melemah 0,13% ke Rp 15.740/US$. Dengan begitu, Mata Uang Garuda telah tertekan selama tiga hari beruntun dari pekan lalu.

Pada perdagangan kemarin, rupiah sebenarnya sempat menguat ke Rp 15.690/US$ pada awal perdagangan. Tetapi tidak lama langsung berbalik melemah 0,17% menyentuh Rp 15.746/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 16 April 2020. Rupiah terbebani oleh laju indeks dolar AS yang terpantau menguat 0,15% ke posisi 106,8.

Bahkan, Mata Uang Tanah Air diprediksikan akan menutup tahun di kisaran Rp 15.500- 16.000/US$. Perkiraan ini dipaparkan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual saat dihubungi CNBC Indonesia pada Selasa (29/11/2022). Menurutnya, nilai tukar rupiah masih undervalued dan dia menilai sulit untuk mengharapkan penguatan rupiah dalam sisa tahun ini.

"Memang agak susah rupiah menguat secara fundamental karena tekanan kebijakan moneter the Fed," ujar David.

Selain tekanan the Fed, dia melihat permintaan dolar AS masih besar di akhir tahun ini. Tingginya permintaan ini dipicu oleh kenaikan impor barang konsumsi dan kebutuhan dolar dari masyarakat yang berwisata ke luar negeri di akhir tahun.

Namun, dia mengingatkan bahwa secara volatilitas, nilai tukar rupiah termasuk yang paling rendah dibandingkan emerging market atau negara berkembang lainnya.

"Jangan dilihat levelnya, Rp16.000 itu 1% atau 2% (dari level saat ini, Rp 15.700). Paling penting bagi pengusaha itu volatilitasnya," paparnya.

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin, ditandai dengan bervariasinya pergerakan imbal hasil (yield) SBN. Namun, hanya SBN tenor 15 tahun yang masih diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun turun 1,2 basis poin (bp) ke posisi 6,934 pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) cenderung tidak berubah yakni masih berada di posisi 6,947%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Wall Street Melemah, Jelang Window Dressing. IHSG Aman?
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3 4
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading