CNBC Indonesia Research

GGRM & HMSP Lewat, Saham Rokok Ini Cuan 70% Setahun

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 November 2022 10:00
Rokok Wismilak
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) melonjak 70% lebih sepanjang 2022 kala dua raksasa di industri rokok nelangsa.

Produk yang murah membuat WIIM lebih 'sakti' meskipun ada kenaikan cukai rokok dan pandemi akibat virus Corona (Coronavirus Disease 2019/ Covid-19) yang menjangkit sejak 2020. Cukai rokok yang naik dan pandemi membuat daya beli masyarakat turun membuat konsumen rokok bermigrasi ke rokok murah.

Saham emiten rokok sensitif terhadap berita mengenai cukai rokok, sebab biaya cukai rokok berperan hingga 40% lebih terhadap beban penjualan emiten rokok.

Kenaikan cukai rokok biasanya akan diikuti oleh harga jual eceran yang makin mahal. Jika daya beli masyarakat stabil kondisi tersebut mungkin tidak akan mempengaruhi kinerja emiten rokok. Sebab kenaikan cukai mampu dikompensasi dengan harga jual eceran (HJE) yang harganya masih bisa diterima oleh masyarakat.

Akan tetapi jika daya beli masyarakat turun, kenaikan cukai ditambah HJE akan memiliki dampak negatif. Sebab produsen rokok harus menemukan formula agar harga rokok tidak ikut naik signifikan dan bisa diserap masyarakat.

Sehingga akan ada pengorbanan di mana beban kenaikan cukai akan membuat marjin laba emiten akan semakin tergerus. Maka dari itu saat cukai rokok naik, akan menjadi katalis negatif bagi harga saham emiten rokok jika kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja.

Seperti saat 2020 di mana rata-rata cukai rokok naik 23% ditambah pandemi Covid-19 membuat menjadikan emiten rokok bulan-bulanan. Baik dari kinerja fundamental maupun harga saham terpuruk.

Seperti duo saham raksasa emiten rokok, GGRM dan HMSP, pada 2019 harga sahamnya masing-masing anjlok 37% dan 43%. Meskipun pada tahun tersebut cukai rokok tidak naik dan labanya bertumbuh, tapi wacana kenaikan cukai pada 2020 hingga 23% memukul optimisme investor terhadap kedua saham tersebut. Kemudian pada 2020 harga sahamnya anjlok masing masing 22% dan 28%.

Laba bersih keduanya pun tergerus pada 2020 sebesar 29,7% untuk GGRM dan 37,5% untuk HMSP jika dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy. Dampak dari kenaikan cukai rokok terlihat dari margin laba operasi keduanya yang ikut turun.

Namun, kondisi ini tidak berlaku bagi WIIM yang kinerja sahamnya dan keuangan justru meningkat secara signifikan.

Harga saham WIIM perusahaan rokok yang berdiri 1962 di Surabaya ini tercatat melonjak 344% point-to-point sejak 2019. Sementara laba bersih WIIm pada 2020 melejit 383% yoy.

Harga Saham WIIM, GGRM, HMSPFoto: Refinitiv
Harga Saham WIIM, GGRM, HMSP

Kenaikan cukai rokok sebesar 23% pada 2020 mendorong indeks kemahalan rokok meningkat ke posisi tertinggi dalam lima tahun. Indeks kemahalan rokok untuk jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) menjadi 13,4% pada 2020 dan 14,2% pada 2021. Sementara jenis Sigaret Putih Mesin (SPM) menjadi 17% pada 2020 dan 2021. Hanya Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang cenderung stabil di level 7,7%.

Hal ini membuat terdapat perpindahan konsumen dari SKM dan SPT ke produk SKT. Hal ini terlihat dari volume jual yang meningkat 17% yoy pada 2020 dan 2021. Penyebabnya harga yang lebih murah dan kenaikan cukai tidak besar untuk jenis SKT dibandingkan dengan SKM.

WIIM memiliki rasio penjualan SKT lebih banyak dibandingkan emiten rokok lainnya sebesar 25%. Oleh karena itu dampak kenaikan cukai tidak terlalu besar.

Selain itu, WIIM adalah produsen golongan II sehingga harga rokok di pasaran tetap murah dibandingkan GGRM dan HMSP yang merupakan golongan I. Hal ini terlihat dari harga jual ecerannya. Begitu juga dengan tingkat kenaikan cukai rokok yang lebih rendah dibandingkan golongan I.

Tarif Kenaikan Cukai Rokok dan HJE 2021Foto: Kementerian Keuangan
Tarif Kenaikan Cukai Rokok dan HJE 2021

Hingga 31 September 2022 WIIM mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp2,65 triliun, melonjak 38,8% yoy. Peningkatan penjualan didorong oleh penjualan SKM yang meningkat 50,2% yoy. Kemudian penjualan cerutu naik 123% yoy. Pendapatan lainnya dari penjualan filter dan marketing/distribusi melejit 54% yoy.

Produk SKM masih menjadi kontributor terbesar penjualan rokok WIIM, yakni sebesar 87%. Sehingga ada pengaruh dari kenaikan cukai rokok jenis SKM. Oleh karena itu beban penjualannya oun meningkat sebesar 57% yoy karena meningkatnya beban cukai.

Meskipun begitu, WIIM mencatatkan laba usaha sebesar Rp205 miliar, melejit 78,4%. Marjin laba usaha pun meningkat menjadi 7,7% pada sembilan bulan 2022 dibandingkan 6,03% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Laba usaha yang melejit buah dari efisiensi di beban penjualan yang mengkompensasi kenaikan cukai rokok. Beban penjualan WIIM hingga sembilan bulan 2022 turun sebesar 4,2% yoy. Kemudian kenaikan beban umum dan administrasi mampu ditekan, sehingga hanya naik 5% yoy.

Pendapatan yang melesat ditambah efisiensi beban operasional menghasilkan pertumbuhan laba WIIM sebesar 55,6% yoy menjadi Rp169,31 miliar.

Tahun ini hingga 2023 diperkirakan inflasi di Indonesia masih kan tetap tinggi sehingga rokok murah masih akan diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu WIIM berpeluang mengalami pertumbuhan laba. Seiring dengan itu potensi harga sahamnya untuk kembali menguat pun terbuka.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras) Next Article Produksi Rokok Anjlok di Juni, Masih Bisa Naik Karena Pemilu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular