CNBC Indonesia Research

Akhirnya! Tanda-Tanda Keruntuhan Dolar AS Muncul Juga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 November 2022 07:15
dollar
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS) perlahan-lahan mulai terkikis, bahkan tidak menutup kemungkinan akan merosot ke depannya. Hal ini terlihat dari posisi spekulatif para investor, yakni jual bersih (net short) dolar AS untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2021.

Indeks dolar AS pun belakangan sudah terus menurun. Pada akhir September lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di kisaran 114, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir, kini berada di 106.

Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 15 November, posisi dolar AS terhadap mata uang utama berbalik menjadi net short sebesar US$ 10,5 juta, dari pekan sebelumnya net long (beli bersih) US$ 2,36 miliar.

Posisi net short artinya lebih banyak investor mengambil posisi jual dolar AS melawan mata uang utama seperti yen, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada dan lain-lain.

Berbaliknya posisi spekulatif tersebut akibat munculnya ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya setelah tingkat pengangguran mengalami kenaikan, dan inflasi menurun.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.

Kemudian inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan tumbuh 7,7% year-on-year (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy).

Inflasi tersebut sudah mulai menurun sejak Juli lalu, semakin menjauhi rekor tertinggi 40 tahun di 9% yang dicapai pada Juni lalu.

CPI inti dilaporkan tumbuh 6,3% (yoy), turun dari Oktober 6,5% (yoy).

Pasca rilis tersebut, pelaku pasar melihat The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pada bulan depan.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 75%, naik jauh dari hari sebelum pengumuman data inflasi sebesar 56%.

idrFoto: FedWatch CME Group

Seperti diketahui, The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.

Sementara itu, posisi spekulatif dolar AS terhadap semua mata uang, termasuk di dalamnya emerging market masih net long, tetapi mengalami penurunan tajam menjadi US$ 1,37 miliar pada pekan yang berakhir 31 Oktober, turun jauh dari pekan sebelumnya US$ 8,68 miliar. 

Jika posisi tersebut berubah menjadi net short, ada peluang rupiah bisa menguat ke depannya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Segera Kendurkan Laju Kenaikan Suku Bunga

Dolar AS juga tertekan setelah The Fed mengkonfirmasi akan segera mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Para pejabat The Fed sepakat akan hal tersebut, tersurat dari rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi November pada Kamis (24/11/2022) dini hari.

"Mayoritas partisipan menilai pelambatan laju kenaikan suku bunga akan tepat jika segera dilakukan," tulis risalah tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).

Bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada pertengahan Desember mendatang, dengan kemungkinan kenaikan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.

Seperti diketahui, The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.

Risalah tersebut juga menunjukkan dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, para pejabat The Fed bisa mengevaluasi dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.

Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir sudah memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan. Tetapi fokus utama sebenarnya bukan berapa basis poin kenaikan, tetapi seberapa tinggi suku bunga The Fed di akhir periode pengetatan moneter.

Berdasarkan data FedWatch, pasar melihat suku bunga berada di sekitar 5% pada Maret 2023, yang kemungkinan menjadi akhir kampanye kenaikan.

Seandainya akhir suku bunga The Fed di bawah 5%, maka dolar AS berpeluang merosot, sebab pasar sudah price in di atas level tersebut.


(pap/pap) Next Article Dunia Berebut Dolar AS, China Malah "Buang" Terus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular