
Cuan, Cuan, Cuan! Ramai Perusahaan Migas Dunia Untung Besar

Harga minyak mentah dunia yang perkasa pada 2022 diprediksi akan tumbang pada 2023 seiring dengan perkiraan resesi dunia. Perusahaan-perusahaan minyak dunia akan kena dampak negatif dari penurunan harga minyak yakni pertumbuhan profitabilitas yang melemah.
Saat ekonomi atau bahkan resesi menjangkit ekonomi dunia, permintaan minyak akan susut sehingga harga akan ikut terdepresiasi. Sehingga penjualan dan laba perusahaan minyak dunia berpotensi ikut turun.
Rata-rata harga minyak mentah dunia dengan acuan Brent pada 2022 diperkirakan oleh Bank Dunia senilai US$100 per barel. Angka tersebut kemudian akan turun pada 2023 menjadi US$92 per barel dan kemudian makin melemah
Bank Dunia dalam laporan Outlook Commodity mengatakan faktor penurunan harga minyak mentah dunia datang dari resesi global dan pembatasan mobilitas di China.
"Prospek resesi global dapat menyebabkan konsumsi minyak jauh lebih lemah. Pertumbuhan global telah melambat dan diperkirakan akan melambat lebih lanjut pada tahun 2023, karena pengetatan kebijakan yang sinkron, kondisi keuangan yang memburuk, dan kepercayaan yang menurun," tulis Bank Dunia dalam risetnya.
Secara historis permintaan minyak dunia saat terjadi resesi dunia akan turun. Hal ini terjadi dalam krisis 1973, 1979, 1992, 2007, dan 2019. Permintaan rata-rata akan pulih setelah masuk dua tahun paska krisis.
Sementara itu, China masih berjibaku melawan Covid-19 yang masih menjangkit. Strategi Zero-Covid membuat ekonomi China menjadi tidak pasti. Strategi tersebut membuat peningkatan kasus Covid-19 di suatu wilayah bisa langsung dilakukan karantina atau lockdown.
Dampaknya adalah permintaan minyak yang turun. Padahal China adalah konsumen utama minyak mentah dunia. Menurut data BP Statistic pada 2021 konsumsi China mencapai 15,4 juta barel per hari atau 16,4% konsumsi dunia. Sehingga permintaan dari China dapat mempengaruhi gerak minyak mentah dunia.
Ketatnya pasokan dari pemotongan produksi OPEC+ menjadi penopang harga minyak mentah dunia untuk tidak jatuh lebih dalam pada 2023.
Selain itu, pelepasan Cadangan Minyak Strategis (SPR) Amerika Serikat untuk mendinginkan harga minyak mentah domestik memiliki risiko berkurangnya pasokan minyak mentah dunia. Sebab Amerika Serikat adalah satah satu produsen minyak mentah utama dunia.
![]() Permintaan Minyak Saat Resesi |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/sef)