
Ditekan Kanan Kiri, Emiten Rokok Masih Bisa Bertahan?

Meski aturan cukai rokok semakin diperketat, kondisi aktual di lapangan berbanding terbaik dengan harapan pemerintah. Survei Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan pada Juni 2022 mengungkapkan selama 10 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang menjadi 69,1 juta jiwa di 2021.
Meski dengan pembatasan visibilitas iklan, pemuatan gambar mengerikan di bungkus rokok hingga menekan lewat kenaikan tarif cukai, pemerintah masih belum mampu menekan angka perokok.
Hal ini salah satunya karena perusahaan rokok semakin konservatif dalam mengelola keuangan dan semakin kreatif dalam penetrasi pemasaran.
Perusahaan secara sukarela menekan rasio NPM dengan membatasi kenaikan harga rokok yang pada akhirnya membuat laba perusahaan yang dahulu sangat tebal kini menjadi semakin tipis.
Perusahaan rokok sampai saat ini masih cekatan untuk menambah dan mempertahankan konsumen lewat strategi penentuan harga yang tepat. Meski cukai naik signifikan, perusahaan tidak secara agresif menaikkan harga jual dan lebih rela agar laba bersihnya berkurang.
Langkah ini tentu diambil karena sejumlah pertimbangan, khususnya daya beli masyarakat Indonesia yang sangat sensitif terhadap perubahan harga di pasar.
Selain menahan kenaikan harga merek unggulan yang diproduksi atau didistribusikan oleh perusahaan, pabrikan the big three Tanah Air yakni PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam, dan PT Djarum juga memproduksi rokok murah atau meluncurkan ulang produk mereka dengan kemasan lebih sedikit.
Hal ini karena outlook ke depan yang semakin suram. Laporan Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI) menunjukkan 42% dari perokok persisten saat ini mengatakan akan mengurangi pengeluaran untuk merokok dan 24% dari mereka beralih ke rokok yang lebih murah.
Salah satu produk rokok murah yang diluncurkan HM Sampoerna adalah Marlboro Crafted Authentic. Produk yang diluncurkan pada Maret 2022 dijual di bawah di kisaran Rp 8.000-Rp 10.000 dengan isi 12 batang per pack.
Dengan harga jual yang sangat murah laba yang dihasilkan akan semakin tipis, karena tingginya biaya cukai dan bahan baku serta tenaga kerja.
Djarum juga mengeluarkan varian Djarum 76 Madu Hitam (Rp 12.000-13.000 per pack). Wismilak meluncurkan Wismilak Golden ARJA yang dibanderol dengan harga Rp 8.000-9.000 per pack dengan isi 12 batang.
Tidak ada laporan terperinci terkait target pasar rokok murah yang dikeluarkan perusahaan, apakah secara eksklusif untuk menjaring konsumen baru dengan daya beli rendah, atau memang karena kondisi pasar yang memaksa perusahaan menjual dengan harga sekompetitif mungkin.
Saham Perusahaan Murah?
Saat ini harga saham perusahaan telah jatuh signifikan dalam lima tahun terakhir, hal ini dipicu oleh laba yang kian tergerus karena naiknya biaya cukai rokok dan outlook negatif ke depan. Pada saat bersamaan perusahaan juga belum menyampaikan langkah ambisius dalam upaya memperbaiki bisnis, misal dengan diversifikasi.
Saat ini kedua perusahaan rokok terbesar RI, HMSP dan GGRM, masuk dalam jajaran saham yang dihargai murah secara valuasi. Rasio harga terhadap nilai buku (PBV) serta harga saham terhadap laba per saham (PE) masuk dalam jajaran yang paling rendah di sektor konsumer.
Kedua perusahaan yang rajin mendistribusikan kembali laba kepada pemegang saham ini, juga mencatatkan yield dividen yang kompetitif.
Akan tetapi outlook yang kurang menggairahkan di masa depan menjadi alasan bagi sejumlah analis yang merekomendasikan untuk mengukur langkah akan paparan di sektor ini.
Data Refinitiv mencatat bahwa 6 dari 11 analis memberikan rekomendasi hold untuk saham HMSP, 3 beli dan 2 menyarankan jual. Adapun nilai tengah target harga dari kesebelas analis tersebut adalah Rp 970/saham. Analis paling bullish dari Nomura merekomendasikan target harga Rp 1.900 dan yang paling bearish dari Kredit Suisse menyebut target harga Rp 710.
Sementara itu untuk saham GGRM,mayoritas atau 8 dari 11 analis memberikan rekomendasi sell, 2 hold dan hanya satu yang menyarankan beli. Adapun nilai tengah target harga dari kesebelas analis tersebut adalah Rp 22.750/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)