Newsletter

Dear Investor, Inflasi Inggris-Eropa Jadi Perhatian Hari Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 October 2022 06:12
Bendera Setengah Tiang AS atas meninggalnya Ratu Elizabeth II
Foto: Bendera Amerika Serikat berkibar setengah tiang di US Capitol di Washington, DC, Kamis (8/9/2022) setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II dari Inggris. (Photo by OLIVIER DOULIERY/AFP via Getty Images)

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang masih cerah pada perdagangan Selasa kemarin.

Perilisan kinerja keuangan beberapa emiten di AS masih menjadi penopang penguatan Wall Street kemarin, di mana dua perusahaan yakni Goldman Sachs dan Johnson & Johnson resmi merilis kinerja keuangannya pada kuartal III-2022.

Meski saham Johnson & Johnson, tetapi karena kinerja keuangannya pada kuartal III-2022 terpantau positif tidak membuat pelaku pasar khawatir.

Meskipun terlihat optimis, tetapi pergerakan Wall Street cenderung berfluktuasi, di mana pada awal perdagangan kemarin sempat melesat lebih dari 2%, pada akhir perdagangan hanya melesat sekitar 1%.

Fluktuasi Wall Street terjadi karena beberapa pelaku pasar ada yang kurang percaya diri dan dari pergerakan yield Treasury yang masih berada di kisaran 4%.

Investor kini masih mengawasi dengan ketat perilisan kinerja keuangan emiten di AS untuk menilai dampak dari inflasi yang masih meninggi dan kenaikan suku bunga The Fed.

Pasar juga memperkirakan The Fed masih akan bersikap hawkish dengan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 94,8% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Selain dari pergerakan Wall Street, pada hari ini pelaku pasar bakal memantau rilis data inflasi di kawasan Eropa, yakni inflasi di Inggris dan Uni Eropa pada periode September 2022.

Di Inggris, data inflasi baik dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) dan sisi produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) periode September akan dirilis pada hari ini.

Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Negeri Raja Charles III tersebut akan kembali naik menjadi 10% pada bulan lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 9,9%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Inggris juga diprediksi naik menjadi 0,5% pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 0,4% pada Agustus lalu.

Inggris memang sedang dalam krisis ekonomi yang akut. Hal ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan yang membelit masyarakat.

Data pada Agustus menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Big Ben itu telah merosot sekitar 0,3%. Downing Street menyebut ini diakibatkan oleh lemahnya manufaktur.

Sama seperti di AS, krisis di Inggris ini juga dipengaruhi inflasi.

Sebelumnya dalam menahan laju inflasi ini, serangkaian kebijakan telah diumumkan oleh Perdana Menteri Liz Truss. Salah satunya adalah kebijakan 'anggaran mini' yang dicetuskan oleh mantan Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng, di mana rencana itu justru menciptakan chaos di pasar obligasi mengingat bank sentral yang masih ingin menaikkan suku bunga.

Namun, Menteri Keuangan baru Inggris yakni Jeremy Hunt justru berputar haluan, agar ekonomi Inggris tidak terdampak parah kedepannya.

Hunt mengumumkan bahwa hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan akan dibatalkan. Hal ini membuat mata uang Inggris yakni poundsterling kembali melesat hingga 1% dihadapan dolar AS pada Senin lalu.

Di lain sisi, pada akhirnya PM Liz Truss memilih kebijakan longgar untuk keuangan negara sebagai upaya mendukung daya beli dan taraf hidup masyarakat di tengah resesi.

Selain Inggris, data inflasi pada September 2022 juga akan dirilis di Uni Eropa. Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Uni Eropa juga akan kembali naik menjadi 10% pada bulan lalu secara tahunan (yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 9,1%.

Namun secara bulanan (mtm), IHK Uni Eropa diprediksi turun menjadi 0,6% pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 1,2% pada Agustus lalu.

(chd/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular