Polling CNBC Indonesia

Tanpa Pretensi! Suku Bunga Acuan Diramal Naik 50 Bps Lagi

Maesaroh, CNBC Indonesia
18 October 2022 15:42
Ilustrasi Bank Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih melanjutkan kebijakan agresifnya. Bank sentral RI tersebut diproyeksi kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) pada pekan ini.

Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2022 pada Rabu dan Kamis (19-20 September 2022).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25-75 bps pada pekan ini.

Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, sebanyak lima lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%, tujuh lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75% sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bps menjadi 5,00%.



Sebagai catatan, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,25% pada September 2022.

Kenaikan sebesar 50 bps jarang sekali dilakukan kubu MH Thamrin. Sepanjang 2009-2022, hanya  tiga kali BI mengerek suku bunga sebesar 50 bps pada RDG reguler yakni Juli  2013, Juni 2018, dan September 2022.

Namun, BI pernah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam sebulan melalui rapat regular dan rapat dadakan/tambahan yakni  50 bps pada Agustus 2013 dan dua kali 25 bps pada Mei 2018.




BI sendiri mulai mengetatkan kebijakan moneter mereka pada Agustus tahun ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps. Kenaikan tersebut adalah yang pertama kali dalam Untuk pertama kalinya sejak November 2018 atau 45 bulan.

Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga 25 bps karena masih tingginya ekspektasi inflasi.

Kubu MH Thamrin juga perlu menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah pelemahan rupiah semakin dalam. BI juga akan mengerek suku bunga untuk mengantisipasi langkah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (Te Fed).

Ekspektasi pasar menunjukkan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada 1-2 November mendatang. Merujuk data Refinitiv, rupiah sudah melemah 1,6% sepanjang bulan ini.

"The Fed juga masih berpeluang menaikkan bunga agresif sehingga rupiah tertekan," tutur Damhuri, kepada CNBC Indonesia.

 Senada, ekonom DBS Radhika Rao juga mengatakan BI perlu menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi ketidakpastian global.

"BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps sebagai langkah antisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed. Selan itu, inflasi juga masih tinggi," tutur Radhika.


Inflasi Indonesia melejit sebesar 5,95% (year on year/yoy) pada September 2022. Level tersebut adalah yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. 
Inflasi diperkirakan masih akan melejit sebagai dampak kenaikan harga BBM subsidi pada awal September 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo, bulan lalu, memperkirakan kenaikan harga BBM bisa melambungkan inflasi hingga ke kisaran 6%. Sementara itu, Kementerian Keuangan memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2022 akan mencapai 6,6-6,8%.

Sejumlah lembaga juga memperkirakan inflasi Indonesia akan melambung hingga di atas 7% akibat kenaikan harga BBM Subsidi.

Gubernur BI Perry Warjiyo bulan lalu menegaskan jika bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga secara agresif.

"Kenaikan suku bunga agresif tidak diperlukan di Indonesia," ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur, Kamis (22/9/2022).

Namun, Perry sudah membuat kejutan dua bulan beruntun yakni dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Agustus dan sebesar 50 bps pada September.

Menarik ditunggu apakah BI dan dewa gubernur BI akan membuat kejutan lagi pekan ini dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps secara dua bulan beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular