
Jelang Pengumuman Inflasi AS, Sanggupkah IHSG Bangkit?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street masih berkutat di zona merah. Tiga bursa AS ditutup melemah meskipun sempat menguat di awal perdagangan.
Indeks Dow Jones turun 28,34 poin atau 0,1% ke posisi 29.210,85. Indeks S&P 500 melemah 11,81 poin atau 0,33% ke 3.577,03 sementara Nasdaq melandai 9,09 poin atai 0,09% ke posisi 10.417,1.
Dengan demikian, indeks S&P 500 dan Nasdaq telah mengakhiri perdagangan di zona merah selama enam hari beruntun atau sepekan terakhir. Indeks Dow Jones melemah selama lima hari beruntun dari Rabu pekan lalu hingga Senin pekan ini. Indeks sempat bangkit pada Selasa sebelum melandai kembali kemarin.
Indeks langsung terkoreksi merespon data indeks harga produsen (IPP). IPP September dilaporkan menguat 0,4% (month to month/mtm) dan naik 8,5% (year-on-year/yoy). Kenaikan jauh di atas ekspektasi pasar.
Secara bulanan, indeks menguat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Secara tahunan, indeks sebenarnya lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Agustus yakni 8,7% (yoy).
Namun, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq sempat menghijau di awal perdagangan. Kenaikan S&P terutama ditopang oleh saham PepsiCo Inc yang melonjak 4,2% dan Alcoa Corp yang melesat 5,3%.
Indeks kemudian melemah dan tidak mampu mengembalikan arah ke zona hijau, terutama setelah The Fed mengeluarkan risalah pertemuan Federal Open Market Coommittee (FOMC) pada 20-21 September lalu.
Risalah tersebut semakin menegaskan jika the Fed masih akan melanjutkan kebijakan hawkish ke depan demi memerangi inflasi.
"Partisipan melihat jika inflasi masih terlalu tinggi dan jauh di atas target 2% yang ditetankan Committee. Partisipan menekankan tindakan yang terlalu sedikit dalam menurunkan inflasi bisa memakan ongkos yang jauh lebih besar," tulis risalah FOMC, dikutip dari website The Fed
The Fed melihat jika penurunan inflasi lebih lambat dari ekspektasi mereka. Inflasi AS mencapai 8,3% (yoy) pada Agustus, sedikit melanda dari 8,5% (yoy) pada Juli.
"Sejumlah partisipan menggarisbawahi pentingnya stance tegas selama mungkin yang diperlukan. Pengalaman sejarah menunjukkan bahayanya mengakhiri kebijakan ketat secara prematur," tulis risalah tersebut.
Dengan kenaikan IPP dan sikap hawkish The Fed, pelaku pasar pun kemudian berekspektasi jika The Fed masih akan menaikkan suku bunga secara agresif pada November mendatang.
"Risalah yang keluar hari ini menekankan jika The Fed masih akan hawkish. The Fed menginginkan kondisi keuangan domestik leih ketat untuk menekan inflasi. Pelaku pasar sebenarnya sudah menyesuaikan realitas ini," tutur head of Americas Fundamental Fixed Income dari Blackrock Bob Miller, seperti dikutip dari Reuters.
Analis dari Morgan Stanley Global Investment Office, Mike Loewengart, mengatakan kelanjutan kebijakan hawkish The Fed sudah diprediksi.
Terlebih, IPP juga masih naik. Kenaikan IPP pada September menjadi sinyal jika inflasi kemungkinan masih akan tinggi ke depan. Bagaimanapun inflasi AS masih mencapai 8,3% pada Agustus 2022 atau empat kali lipat lebih tinggi dari target The Fed di kisaran 2%.
"Harga barang masih naik jadi tidak heran jika indeks produsen dan jasa akan meningkat. Namun, yang perlu dicatat jika kenaikan masih di bawah rata-rata periode sebelumnya," tutur Loewengart, dikutip dari CNBC International.
(mae/luc)