
OPEC+ Buat Dunia Kacau Balau! IHSG Semoga Kuat...

Perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah dunia, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak mentahnya hingga 2 juta bare per hari (bph) yang akan dimulai pada November 2022.
Pemangkasan produksi terbesar sejak pandemi Covid-19 ini dinilai akan mengerek lagi harga minyak mentah dunia, yang dalam minggu-minggu ini sudah mengalami penurunan di level US$ 80-an per barel.
Kenyataannya memang, baru diputuskan untuk memangkas produksi 2 juta bph. Harga miyak mentah dunia khususnya jenis Brent mengalami kenaikan hingga berada di level US$ 93,52 per barel.
Analis Reuters memprediksikan jumlah produksi dari OPEC+, yang merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh negara-negara OPEC dan non-OPEC, akan turun menjadi 41,86 juta barel per hari pada November dari 43,86 juta ton per hari.
Secara rinci, produksi minyak mentah dari 10 negara yang tergabung dalam OPEC pada November mendatang akan turun dari 26,69 juta barel per hari menjadi 25,42 juta barel per hari.
Sementara, diproyeksikan produksi minyak mentah dari 10 negara non-OPEC pada bulan depan menjadi 16,44 juta barel per hari dari sebelumnya 17,17 juta barel per hari.
Lantas, apa dampaknya terhadap Indonesia?
Pengamat Energi dan Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebutkan pemangkasan produksi OPEC+ untuk mengurangi suplai di pasar. Sehingga harga minyak dunia akan kembali naik.
"Kalau harga minyak kembali naik, APBN akan kembali membengkak untuk menambah subsidi BBM. Dalam kondisi tersebut, ada kemungkinan Pemerintah akan kembali menaikkan harga BBM," ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022).
Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan negara net importir minyak mentah untuk kebutuhan BBM di dalam negeri mencapai 1,3-an juta barel per hari (bph), sementara produksi di dalam negeri hanya bisa mampu mencapai sekitar 650 ribu bph.
Sehingga, Indonesia harus membeli sisa kebutuhan BBM tersebut dengan harga yang cenderung akan mengalami kenaikan pasca kebijakan OPEC+ memangkas produksi 2 juta barel minyak per hari itu.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro memperkirakan bahwa pemangkasan produksi berpotensi menyeimbangkan harga minyak menjadi lebih tinggi. Maklum, tujuan utama OPEC+ adalah mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor minyak yang selama ini menjadi andalan.
"Bagi Indonesia akan relatif sulit," tandas Komaidi.
Kenaikan pada BBM tentunya akan membuat angka inflasi Indonesia semakin meninggi. Inflasi yang melonjak tentunya juga akan menekan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuannya, seiring dengan bank sentral utama dunia.
(aaf/luc)