Newsletter

Tunggu Vonis BI dan Bank Sentral Global, IHSG Mampu Rebound?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
19 September 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell

Akhir pekan lalu, Wall Street mengakhiri salah satu minggu terburuk tahun ini. Akan tetapi investor kawakan dan eksekutif perusahaan ramai-ramai menjelaskan bahwa mereka percaya kondisi terburuk masih belum dilalui oleh ekonomi secara luas dan pasar keuangan secara spesifik.

Setelah mencapai titik terendah pada bulan Juni, S&P 500 telah mengalami reli lebih dari 17% hingga pertengahan Agustus, sebelum kembali kehilangan tenaga. Aksi jual minggu ini membuat penguatan indeks acuan tersebut kembali terpangkas dan sat ini hanya 5,6% di atas level terendah yang dicatatkan pada bulan Juni, setelah ambles 5,15% dalam sepekan. Pelemahan lebih dari 5% dalam seminggu hanya terjadi tiga kali tahun ini.

Sementara itu dua indeks acuan lainnya juga tertekan dalam pekan lalu. Indeks padat teknologi NASDAQ menjadi yang terburuk dan jatuh 5,97%, sedangkan indeks blue chip Dow Jones melemah 4,16% dalam sepekan.

Para pengusaha, pembuat kebijakan, dan rakyat Amerika biasa semuanya bergulat dengan periode akhir suku bunga ultra rendah sedekade lebih yang membantu mendorong ekonomi setelah krisis keuangan 2008 dan kembali dipertahankan karena pandemi global yang menyebabkan ledakan inflasi.

Rantai pasokan yang masih carut marut pasca ekonomi mulai dibuka, perang di Ukraina dan krisis energi yang muncul menjadi sejumlah tantangan yang menambah tingkat ketidakpastian memperparah kondisi ekonom yang tidak terlihat dalam beberapa dekade.

Penurunan pada hari Jumat di Wall Streey terjadi karena saham raksasa logistik FedEx merosot lebih dari 21%, setelah memperingatkan bahwa keuntungannya terancam di Asia dan Eropa karena ekonomi yang melemah. FedEx mengatakan akan memotong beberapa layanan, menutup lokasi dan membekukan perekrutan. Kekhawatiran mereka ikut mengguncang kepercayaan investor.

FedEx dipandang sebagai 'peramal' ekonomi karena bisnis pengiriman paketnya mencerminkan permintaan bisnis dan konsumen. Kepala eksekutif perusahaan, Raj Subramaniam, berbicara kepada CNBC International pada hari Kamis, meramalkan "resesi di seluruh dunia."

Penurunan besar pekan lalu datang setelah Indeks Harga Konsumen yang diamati secara luas menghancurkan harapan bahwa inflasi mulai mereda. Laporan tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa kebijakan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga secara agresif demi memerangi inflasi dapat mendorong Amerika Serikat ke dalam resesi.

Suasana suram saat ini sangat kontras dengan kondisi awal pemulihan pasca pandemi, yang mana reli pasar saham yang mendorong S&P 500 ke level tertinggi baru pada awal Januari. Investor dan pembuat kebijakan tahun lalu tampaknya cenderung menganggap enteng potensi inflasi dapat menjadi masalah utama yang sulit dipecahkan. Hal ini pada akhirnya semakin diperburuk oleh kenaikan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular