Newsletter

Wall Street Bangkit, IHSG Bisa All Time High?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
15 September 2022 06:10
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia tertekan selama perdagangan Rabu (14/9/2022). Laju inflasi Amerika Serikat yang secara mengejutkan berada di atas ekspektasi jadi 'biang kerok' atas kinerja negatif pasar finansial Indonesia kemarin.

Laporan indeks harga konsumen (CPI) Agustus menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3%year-on-year/yoy,lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1%yoy.

Sementara secara bulanan naik 0,1%month-to-month/mtmmeskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6%mtm. Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus, di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,55% di 7.278,08 pada perdagangan Rabu (14/9/2022).IHSG sudah terlempar keluar dari level psikologis 7.300 dan posisi penutupan all time high (ATH) di 7.318 sejak awal perdagangan.

IHSG dibuka drop 0,91% di 7.251,2 dan sempat terkoreksi lebih dari 1% dengan posisi terendah intraday di 7.219,3. Namun di sesi II, IHSG memangkas koreksinya dan sempat kembali tembus 7.300.

Mayoritas saham mengalami pelemahan siang ini. Sebanyak 313 saham terkoreksi, 213 saham menguat dan 176 saham stagnan.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (14/9/2022), dan kembali ke atas Rp 14.900/US$. Rilis data inflasi di AS yang masih tinggi memicu spekulasi The Fed (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung jeblok 0,47% ke Rp 14.920/US$. Depresiasi semakin membengkak menjadi 0,59% ke Rp 14.938/US$. Pada penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.905/US$, melemah 0,37% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (14/9/2022), di mana investor cenderung khawatir setelah dirilisnya inflasi di Amerika Serikat (AS).

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam, di mana di SBN tenor 3, 5, 15, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga.

Sedangkan di SBN tenor 1, 10, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknyaimbal hasil dan pelemahan harga.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 15 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni turun 2,6 basis poin (bp) ke posisi 6,958%.

Sedangkan SBN berjangka waktu 25 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya hari ini, yakni naik 2,8 bp ke posisi 7,531%. Imbal hasil SBN berjangka panjang yakni tenor 30 tahun stagnan di level 7,248%.

Adapun untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 0,7 bp ke posisi 7,124%.

Sebagai catatan gerak imbal hasilberlawanan arah dari harga, sehingga turunnyayieldmenunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Tiga indeks Wall Street kompak menguat membuka perdagangan hari ini karena investor memanfaatkan harga murah setelah kemarin mencatatkan kinerja harian terburuk dalam dua tahun terakhir.

Dow Industrial Average naik tipis 30,12 poin, atau 0,10% menjadi 31.135,09. S&P 500 naik 0,34% menjadi 3.946,01 dan Nasdaq Composite menguat sekitar 0,74% menjadi 11.719,68.

Moderna adalah salah satu penopang kinerja indeks karena melonjak lebih dari 6%. Selain itu terdorong oleh saham Tesla yang naik 3,6% dan Apple naik 1%.

Dow Jones merosot lebih dari 1.200 poin pada hari Selasa, atau hampir 4%, sedangkan S&P 500 kehilangan 4,3%. Nasdaq Composite turun 5,2%. Itu adalah penurunan satu hari terbesar untuk ketiga rata-rata sejak Juni 2020.

Pergerakan pasar tersebut terjadi setelah laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus menunjukkan inflasi utama naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun ada penurunan harga gas.

Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September. Laporan Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.

"Aksi jual Selasa adalah pengingat bahwa reli berkelanjutan kemungkinan memerlukan bukti yang jelas bahwa inflasi berada dalam tren menurun. Dengan ketidakpastian makroekonomi dan kebijakan yang meningkat, kami memperkirakan pasar akan tetap bergejolak di bulan-bulan mendatang," Mark Haefele, CIO dari UBS Global Wealth Management, kata dalam catatannya.

IHSG berpotensi bergerak beragam di rentang support 7.200 hingga 7.355 sebagai resisten dipengaruhi oleh berbagai sentimen luar negeri dan dalam negeri.

Tiga indeks utama Wall Street rebound setelah mengalami kejatuhan yang terburuk dalam dua tahun terakhir. Ini  bisa jadi salah satu penopang gerak IHSG hari ini.

Di sisi lain, investor masih mencermati efek dari hasil inflasi AS pada Agustus yang berada di atas perkiraan terhadap kebijakan kenaikan suku bunga oleh The Fed, bank sentral AS.

Para pelaku pasar menilai langkah agresif The Fed dalam menurunkan suku bunga akan berlanjut pada bulan ini. Kebijakan moneter tersebut akan diumumkan pada setelah pertemuan (FOMC) yang dilaksanakan pada 20-21 September 2022.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 76,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan  sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 24%.

Di sisi lain, laju inflasi Inggris pada Agustus melambat dibandingkan bulan sebelumnya.  Indeks harga konsumen Inggris pada bulan Agustus 2022 masih mencatatkan inflasi 9,9% secara year-on-year (yoy).  Angka ini sedikit di bawah konsensus para ekonom yang disurvei Reuters sebesar 10,2%. Angka ini juga turun dari bulan sebelumnya sebesar 10,1% yoy.

Untuk inflasi inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat 0,8% secara bulan ke bulan (month-to-moth/mtm) dan 6,3% yoy.

Meski melambat, inflasi Inggris tetap masih tinggi. Sebagai respon, Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga terbesar Agustus masih akan berlanjut bulan ini berkisar 50 bp menjadi 2,25% yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2008.

Kenaikan suku bunga acuan secara agresif untuk melawan inflasi akan meningkatkan peluang terjadinya resesi karena ekonomi yang berhenti ekspansi. Saat suku bunga acuan naik, bunga kredit pun berpotensi meningkat sehingga biaya ekspansi semakin mahal sehingga produsen memilih bertahan.

Konsumsi terancam tergerus karena tingkat kredit konsumsi yang juga naik, sehingga konsumen memilih menahan spending. Akibatnya roda bisnis menjadi melambat bahkan bisa berhenti.

Dari dalam negeri, investor menanti rilis neraca dagang Indonesia sekaligus ekspor dan impor.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan Juli 2022 yang mencapai US$ 4,23 miliar.

Konsensus memperkirakan pertumbuhan ekspor hanya 19,09% (yoy) pada Agustus. Bila perkiraan ini benar maka itu akan menjadi terendah sepanjang tahun ini,
Merujuk daya BPS, ekspor Indonesia bahkan selalu naik di atas 20% (yoy) sepanjang Januari-Juli 2022.

Sementara impor diperkirakan akan terus menggeliat ke depan sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia.

Impor Indonesia secara nominal terus mengalami peningkatan dari US$ 18,61 milair pada Mei 2022 menjadi US$ 21 miliar pada Juni dan US$ 21,34 miliar pada Juli.
Dalam dua bulan terakhir, impor sudah bergerak di kisaran US$ 21 miliar setelah berada di bawah US$ 20 miliar di hampir sepanjang 2019-2022.

Pergerakan IHSG juga tampaknya masih bisa terpengaruh oleh gerak sektor energi dan tambang di tengah penguatan harga komoditas dunia.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data Neraca Dagang Jepang Agustus 2022 (06:50 WIB)
  • Rilis data Ekspor & Impor Jepang Agustus 2022 (06:50 WIB)
  • Rilis data Neraca Dagang Indonesia Agustus 2022 (11:00 WIB)
  • Rilis data Ekspor & Impor Indonesia Agustus 2022 (11:00 WIB)

Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:

  • Cum Date Dividen Tunai PT Elang Mahkota Teknologi 
  • RUPST PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) pukul 10.00 WIB
  • RUPST PT Ginting Jaya Energi (WOWS) pukul 10.00 WIB
  • RUPSLB PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) pukul 09.00 WIB
  • RUPSLB PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) pukul 10.00 WIB
  • RUPSLB PT Pan Brothers Tbk (PBRX) pukul 14.00 WIB

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY)

5,44 %

Inflasi (Agustus 2022, YoY)

4,69%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2022)

3,75%

Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022)

-3,92% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022)

1,1% PDB

Cadangan Devisa (Juli 2022)

US$ 132,2 miliar

 

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/luc) Next Article Kabar Buruk Bagi Dunia Datang Dari China dan Amerika!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular