
Gawat! Gegara Inflasi AS, Bursa Asia Ditutup Ambruk Parah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu (14/9/2022), karena investor cenderung merespons negatif dari rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang meleset dari perkiraan.
Indeks Nikkei Jepang menjadi yang paling parah koreksinya pada hari ini, yakni ambruk nyaris 3%, atau tepatnya ambruk 2,78% ke posisi 27.818,62. Kemudian indeks ASX 200 Australia menyusul di posisi kedua yang anjlok 2,58% ke 6.828,6.
Berikutnya indeks Hang Seng Hong Kong yang longsor 2,48% ke posisi 18.847,1, KOSPI Korea Selatan ambles 1,56% ke 2.411,42, Straits Times Singapura merosot 0,97% ke 3.258,02, Shanghai Composite China terkoreksi 0,8% ke 3.237,54, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,55% menjadi 7.278,08.
Bursa Asia-Pasifik mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, di mana tiga indeks utama Wall Street ditutup ambruk dari 3% hingga lebih dari 5%.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 3,94%, S&P 500 anjlok 4,32%, dan Nasdaq Composite longsor 5,16%.
Data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Sementara secara bulanan naik 0,1% (month-to-month/mtm) meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm.
Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.
Laporan IHK Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00-3,25% adalah 66%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25-3,50% adalah 34%.
IHK AS yang hanya menurun sedikit membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) berjangka pendek yakni tenor 2 tahun menyentuh level tertingginya sejak tahun 2007, yakni di level 3,79% pada penutupan perdagangan Selasa kemarin.
"Apa yang mungkin paling membingungkan dalam semua ini adalah bahwa kekuatan dalam inflasi inti sangat banyak didorong oleh kategori sektor jasa," kata Ray Attrill, kepala strategi FX National Australia Bank, menulis dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.
Di lain sisi, investor juga menanti rilis inflasi Inggris yang diperkirakan akan mencapai 10,2% yoy untuk Agustus.
Sebagai respons, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga yang masih akan berlanjut bulan ini berkisar 50 bp menjadi 2,25% yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2008.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
