Koreksi Bursa Asia Makin Parah, Hang Seng Ambruk 2,5%!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
14 September 2022 12:13
Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi bursa Asia-Pasifik terpantau makin parah pada perdagangan Rabu (14/9/2022) siang waktu Indonesia, karena investor cenderung merespons negatif dari rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang meleset dari perkiraan.

Per pukul 11:30 WIB, indeks Nikkei ambruk 2,49% ke posisi 27.900,85, Hang Seng Hong Kong anjlok 2,55% ke 18.834,63, Shanghai Composite China merosot 1,02% ke 3.230,49, Straits Times Singapura ambles 1,13% ke 3.252,96, ASX 200 Australia longsor 2,43% ke 6.839,1, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,48% menjadi 2.413,39.

Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini ditutup merosot 0,83% menjadi 7.257,30.

Bursa Asia-Pasifik mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, di mana tiga indeks utama Wall Street ditutup ambruk lebih dari 3%.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 3,94%, S&P 500 anjlok 4,32%, dan Nasdaq Composite longsor 5,16%.

Data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.

Sementara secara bulanan naik 0,1% (month-to-month/mtm) meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm.

Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.

Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.

Laporan Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 66%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 34%.

IHK AS yang hanya menurun sedikit membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) berjangka pendek yakni tenor 2 tahun menyentuh level tertingginya sejak tahun 2007, yakni di level 3,79% pada penutupan perdagangan Selasa kemarin.

"Apa yang mungkin paling membingungkan dalam semua ini adalah bahwa kekuatan dalam inflasi inti sangat banyak didorong oleh kategori sektor jasa," kata Ray Attrill, kepala strategi FX National Australia Bank, menulis dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, investor juga menanti rilis inflasi Inggris yang diperkirakan akan mencapai 10,2% yoy untuk Agustus.

Sebagai respons, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga terbesar Agustus masih akan berlanjut bulan ini berkisar 50 bp menjadi 2,25% yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2008.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular