
Wall Street 'Nyungsep', Awas IHSG Bisa Ikutan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, di mana pasar saham dan surat berharga negara (SBN) menguat. Sedangkan nilai tukar rupiah melemah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin mendekati rekor penutupan all time high (ATH) 7.355,3 pada perdagangan Selasa (13/9/2022). IHSG ditutup melesat 0,88% di 7.318,02 pada akhir sesi II.
Ini merupakan kali pertama IHSG ditutup di atas level 7.300 dan mencetak sejarah level penutupan tertinggi. Sebelumnya level 7.300 hanya dicicipi di level intraday bukan penutupan pada tanggal 11 dan 12 April lalu.
Mayoritas saham ditransaksikan menguat dengan nilai transaksi cukup ramai Rp 16,5 triliun. Sebanyak 329 saham mengalami apresiasi, 218 saham terkoreksi dan 160 saham stagnan.
Penguatan IHSG menjadikan indeks saham acuan bursa domestik memimpin di kawasan regional Asia. Di posisi kedua ada indeks Straits Times yang naik 0,63%.
Sementara itu harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat.
Mayoritas investor kembali memburu SBN, ditandai dengan penurunan yield di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN tenor 1 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun naik 0,8 basis poin (bp) ke posisi 4,526% pada perdagangan hari ini.
Kemudian untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara kembali melandai 5,3 bp ke posisi 7,117%.
Sebagai catatan, yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Rupiah melemah melemah 0,07% di pasar spot menjadi Rp 14.850/US$ di tengah mata uang dolar Amerika Serikat (AS) sedang tertekan dalam beberapa hari terakhir.
Dollar index (yang mengukur Greenback dengan enam mata uang utama lainnya) telah merosot dalam empat hari perdagangan dan mencatatkan penurunan 1,7% point-to-point (ptp).
Tiga indeks Wall Street turun tajam setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS). Secara mengejutkan inflasi Agustus lebih "panas" dari perkiraan.
Dow Jones Industrial Average merosot 3,94% atau sekitar 1.276,37 poin menjadi 31.104,97. S&P 500 turun 4,32% menjadi 3.932,69 sementara Nasdaq 100 turun 5,16% ke 11.633,57.
Hanya lima saham di S&P 500 yang berhasil ditutup lebih tinggi pada hari Selasa, dan tidak satupun dari mereka naik bahkan 1%. Adapun saham Corteva naik 0,87%, Twitter naik 0,80%, CF Industries naik 0,67%, Albemarle naik 0,38%, dan Mosaik naik 0,32%.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) Agustus menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% year-on-year/yoy, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Sementara secara bulanan naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm.
Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September. Laporan Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
"Laporan CPI adalah negatif tegas untuk pasar ekuitas. Laporan yang lebih panas dari yang diharapkan berarti kita akan mendapatkan tekanan lanjutan dari kebijakan Fed melalui kenaikan suku bunga," kata Direktur Penelitian di Janus Henderson Investors, Matt Peron.
"Ini juga mendorong kembali 'poros Fed' yang diharapkan pasar dalam waktu dekat. Seperti yang telah kami peringatkan selama beberapa bulan terakhir, kami belum keluar dari kesulitan dan akan mempertahankan postur defensif dengan ekuitas dan alokasi sektor."
IHSG terpaut tipis dari rekor tertinggi sepanjang masa 7.355,3 yang sekaligus menjadi resisten terdekat. Pasar saham Indonesia pun sudah empat hari beruntun reli dengan penguatan 1,83% ptp.
Hal ini membuat IHSG menjadi rawan profit taking sehingga ada potensi terkoreksi hari ini, di mana 7.250 menjadi area support terdekat. Apalagi hasil Wall Street semalam yang bisa menjadi sentimen pemberat IHSG pada perdagangan hari ini. Ditambah dengan sentimen tingginya inflasi yang bisa memicu kenaikan suku bunga acuan bank sentral untuk lebih agresif dapat menekan indeks saham.
Tiga indeks Wall Street turun tajam setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) setelah secara mengejutkan inflasi Agustus lebih "panas" dari perkiraan.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) Agustus menunjukkan angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% year-on-year/yoy, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Sementara secara bulanan naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm.
Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus. Di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Inflasi yang memanas membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral The Fed akan menaikkan suku bunga dengan lebih agresif. Bahkan pasar melihat ada peluang kenaikan 100 basis poin (bp) dalam pertemuan 20-21 September mendatang.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 67,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 33%.
![]() Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed |
Investor juga menanti rilis inflasi Inggris yang diperkirakan akan mencapai 10,2% yoy untuk Agustus. Sebagai respons, Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga terbesar Agustus masih akan berlanjut bulan ini berkisar 50 bp menjadi 2,25% yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2008.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar pun akan mencermati data neraca perdagangan termasuk ekspor dan impor yang akan dirilis Kamis (15/9/2022).
Berdasarkan jajak pendapat Reuters, neraca dagang Indonesia pada Agustus 2022 mencapai US$4,15 miliar. Nilainya turun dari bulan Juli sebesar US$4,22 miliar. Penurunan ini akibat pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia untuk Agustus akan melambat dibanding bulan sebelumnya.
Ekspor diperkirakan akan bertumbuh 18,65% year-on-year/yoy, dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 32,03% yoy. Sedangkan impor diperkirakan akan tumbuh 27,54% yoy dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 39,86%.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Rilis data Inflasi Konsumen Inggris Agustus 2022 (13:0 WIB)
- Rilis data Inflasi Produsen Inggris Agustus 2022 (13:0 WIB)
- Rilis data Inflasi Produsen Amerika Serikat Agustus 2022 (19:30 WIB)
Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:
- RUPSLB PT Cottonindo Ariesta Tbk (KPAS) pukul 10.00 WIB
- Cum Date Dividen Tunai PT Multipolar Technology Tbk (MLPT)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY) | 5,44 % |
Inflasi (Agustus 2022, YoY) | 4,69% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2022) | 3,75% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022) | -3,92% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022) | 1,1% PDB |
Cadangan Devisa (Juli 2022) | US$ 132,2 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/luc) Next Article Kabar Buruk Bagi Dunia Datang Dari China dan Amerika!