
Pusing! The Fed & ECB Bakal Lomba Kerek Suku Bunga Nih?

Untuk hari ini, investor patut mencermati beberapa sentimen yang dapat menggerakkan harga aset keuangan domestik.
Sentimen tersebut kebanyakan dari luar negeri (eksternal) yang cenderung dampaknya akan dominan mempengaruhi kinerja pasar.
Pertama tentu terkait dengan keputusan suku bunga acuan bank sentral Uni Eropa (ECB). Dengan laju inflasi yang terus meningkat dan tekanan suplai imbas perang yang belum mereda, ECB diperkirakan bakal mengambil langkah hawkish.
Pelaku pasar mulai mengantisipasi ECB akan mengerek suku bunga acuan naik dengan besaran sampai 75 basis poin (bps). Besaran tersebut sama dengan yang dilakukan oleh Fed di bulan Juni dan Juli.
Faktor yang melatarbelakangi ECB untuk mengikuti langkah Fed yang agresif mengerek suku bunga acuan adalah inflasi.
Di bulan Agustus lalu, laju inflasi di kawasan Benua Biru tembus 9,7% year on year (yoy). Ke depan, pengamat dan pengambil kebijakan memprediksi bahwa laju inflasi masih bisa naik ke level dobel digit.
Sinyal ECB yang bakal agresif juga disampaikan oleh pejabatnya yaitu Isabel Schanabel dalam pidatonya di Simposium Tahunan Jackson Hole Wyoming.
Melansir CNBC International, Isabel memberikan clue bahwa inflasi di Zona Euro bisa tembus 10% sehingga kenaikan suku bunga acuan dengan besaran jumbo 75 bps sangatlah mungkin.
Kini sudah ada 3 bank sentral Negara Barat yang menempuh kebijakan moneter ketat secara agresif. Ada Fed, ECB dan BoE (bank sentral Inggris).
Pengetatan moneter lewat kenaikan suku bunga acuan dan penarikan likuiditas di pasar keuangan tentu saja akan membuat pasar keuangan goyang. Inilah yang harus diwaspadai oleh investor.
Di sisi lain, katalis positif yang selama ini mendorong penguatan IHSG yaitu harga batu bara juga tampak tak bisa diharapkan terlalu banyak.
Setelah tembus rekor tertinggi baru di US$ 464/ton, harga si batu hitam melorot. Harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle berjangka anjlok 4,71% kemarin dan ditutup di US$ 430/ton.
(trp/trp)