
Pusing! The Fed & ECB Bakal Lomba Kerek Suku Bunga Nih?

Indeks saham acuan Bursa New York akhirnya menghijau pada perdagangan Rabu (7/9/2022). Indeks Dow Jones dan S&P 500 naik 0,19% sedangkan Nasdaq Composite terapresiasi 0,26% pada 21.15 WIB.
Terpantau hingga 13:18 waktu setempat bursa Wall Street sudah euforia dan menghijau kuat. Tercatat Dow Jones naik 1,26%, S&P 500 menanjak 1,5%, sedangkan Nasdaq loncat 1,63%.
Penguatan indeks saham Wall Street menyusul pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun.
Yield US Treasury Note tenor 10 tahun terpantau melemah 3 basis poin (bps) menjadi 3,31% setelah sempat menyentuh posisi tertingginya sejak pertengahan Juni 2022 di 3,35%.
US Treasury Note tenor 10 tahun merupakan aset pendapatan tetap yang dikenal paling aman sehingga sering disebut sebagai risk free.
Ketika risk free rate naik, wajar jika saham yang lebih berisiko dilepas para investor dan mengalami koreksi harga. Setidaknya itulah yang terjadi belakangan ini.
Kenaikan risk free rate dipicu oleh arah kebijakan moneter bank sentral AS yang masih bernada hawkish. Pelaku pasar mengantisipasi Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertemuan September ini.
Asal tahu saja, Fed sudah mengerek naik suku bunga acuannya sebanyak 4x menjadi 2,25% sepanjang tahun ini.
Di bulan Juni dan Juli, Fed menaikkan Federal Funds Rate (FFR) masing-masing sebesar 75 bps dan menjadi pengetatan moneter sejak tahun 1990-an.
Selain berdampak pada kenaikan yield US Treasury Note, kenaikan suku bunga yang agresif juga membuat indeks dolar AS menguat dan tembus 110.
Penguatan indeks dolar AS menelan korban yaitu mata uang lain termasuk mata uang negara maju seperti Euro dan Poundsterling.
Bahkan belum lama ini, Poundsterlling melemah ke posisi terendahnya sejak tahun 1985.
Fed yang masih akan agresif dalam mengerek suku bunga acuan diprediksi akan membuat ekonomi AS terdampak. Pertumbuhan ekonominya diramal bakal melambat bahkan sampai resesi.
Namun Fed 'kekeuh' bahwa inflasi tampaknya belum mencapai puncak sehingga kebijakan moneter yang restriktif masih akan ditempuh.
(trp/trp)