
BBM Naik, Bencana Buat Pasar Keuangan RI?

Beralih ke Bursa New York, ketiga indeks saham acuannya mengalami pelemahan pada perdagangan terakhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing melemah 1,07%. Sementara itu indeks Nasdaq Composite anjlok 1,31%.
Dalam seminggu terakhir, ketiga indeks acuan tersebut juga melemah lebih dari 2%. Bahkan Nasdaq Composite anjlok lebih dari 3%.
Pasar masih terus dibayangi dengan pernyataan bos besar The Fed Jerome Powell dalam Simposium Tahunan Jackson Hole pekan lalu soal arah kebijakan suku bunga bank sentral AS tersebut.
Apa yang disampaikan oleh Jay Powell kurang lebih mensinyalkan bahwa ke depan ruang untuk kenaikan suku bunga acuan masih terbuka.
The Fed bersiap untuk mengambil kebijakan yang cukup restriktif untuk mengembalikan inflasi ke kisaran target 2%, meskipun harus berdampak negatif untuk rumah tangga dan pelaku bisnis.
Hal ini membuat indeks saham anjlok, tetapi indeks dolar AS menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun kembali mengalami kenaikan ke atas level 3%.
Sementara itu tingkat pengangguran di AS dilaporkan meningkat ke 3,7%. Tingkat pengangguran ini masih berada di level yang tergolong rendah.
Dengan kondisi tersebut, pelaku pasar masih memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuan September ini.
Kebijakan The Fed setelah komentar Jerome Powell memang dinanti oleh pelaku pasar. Namun di tengah ancaman resesi ekonomi AS, beberapa pelaku pasar juga mulai mengantisipasi akan adanya pemangkasan suku bunga acuan pada 2023 nanti.
Namun terlepas dari itu semua, pasar saham AS kembali tertekan. Banyak yang memperkirakan jika S&P 500 gagal bertahan di 3.900, maka bahaya kembali mengintai pasar saham AS, apalagi bulan September secara historis merupakan bulan yang buruk untuk pasar saham.
(trp/luc)