Newsletter

Wall Street 'Ngegas' Lagi, IHSG Kembali Berjaya?

Maesaroh, CNBC Indonesia
19 August 2022 06:20
Bursa
Foto: Pexels/Kampus Production

Kembali hijaunya Wall Street diharapkan bisa menularkan sentiment positif kepada pergerakan IHSG hari ini.

Kendati demikian, pernyataan hawkish dari sejumlah pejabat the Fed bisa kembali menyeret kinerja IHSG hari ini.

William Surya Wijaya, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, memperkirakan IHSG akan akan berada dalam kondisi sideways dengan kecenderungan tertekan.

"Peluang kenaikan dalam jangka panjang masih terlihat mengingat minat investor yang tercermin dari data capital inflow masih cukup besar sepanjang tahun 2022, demikian juga dengan data laporan kinerja emiten yang terlihat membaik sepanjang kuartal II-2022," tutur William Surya, dalam analisisnya.

Dilansir dari Reuters, sejumlah pejabat the Fed kini terbelah dalam menghadapi pertemuan FOMC bulan depan. Sebagian berharap suku bunga dinaikkan dengan tinggi agar inflasi segera melandai sementara yang lain masih mempertimbangkan dampak kenaikannya kepada ekonomi AS.

Presiden The fed asal St. Louis James Bullard dan Presiden the Fed San Francisco Fed Mary Daly lebih bersikap hawkish. Mereka mengatakan kenaikan 75 bps poin sangat terbuka pada September.

Bullard bahkan secara terbuka lebih mendukung kenaikan sebesar 75 bps sehingga suku bunga akan berada di kisaran 3,75-4,00% pada akhir tahun ini.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps sepanjang tahun ini sehingga kini ada di kisaran 2,25%-2,50%.

"Inflasi masih sangat tinggi. Memang sedikit melandai tapi saya belum senang dengan itu. Saya tidak menghitung (penurunan inflasi Juli). Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," tutur Daly, kepada CNN International.

Sebaliknya, Presiden the Fed asal President Neel Kashkari yang terkenal lebih dovish mengatakan dia kini tidak yakin apakah kenaikan suku bunga acuan akan membawa AS ke jurang resesi. Namun, dia mengakui ada ongkos ekonomi besar atas kenaikan tersebut.

"Pertanyaan sekarang adalah apakah kita bisa menurunkan inflasi tanpa memicu resesi. Jawabanya saya tidak tahu," tuturnya, seperti dikutip CNBC International.

Dari dalam negeri, sentimen yang kemungkinan bisa menggerakkan pasar hari ini data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Transaksi Berjalan kuartal II-2022. BI akan mengumumkan data tersebut pada pagi hari ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bulan lalu memperkirakan kinerja NPI dan transaksi berjalan pada Kuartal II/2022 akan surplus. Ini ditopang oleh lonjakan harga komoditas internasional yang mendongkrak ekspor. Capital inflow juga mulai masuk ke pasar Indonesia yang bisa menopang kinerja transaksi modal dan finansial,

Pada kuartal I-2022, NPI tercatat defisit US$ 1,8 miliar sementara transaksi berjalan membukukan surplus tipis US$ 0,2 miliar atau 0,1% dari PDB.

"(Tranaksi berjalan) Lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Kinerja NPI pada 2022 diperkirakan akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,3% sampai dengan defisit 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Membaiknya kinerja NPI dan transaksi berjalan diharapkan bisa semakin meningkatkan capital inflow karena kepercayaan meningkat. Transaksi berjalan yang surplus juga akan mendukung kinerja rupiah.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular